Apa boleh buat, mau-tidak mau, saya terpaksa berpendapat juga, meskipun tetap saja tidak terlalu berpengaruh apa-apa terhadap Kaltim, apalagi Indonesia. Hampir ganjil 9 tahun menjadi warga Kaltim, tentunya, saya memiliki kesempatan mengintip, selain terimbas 'kehangatan' kondisinya.
Begini, lagi. Tiga balon di awal tadi sengaja saya angkat terlebih dulu. Ketiganya dengan kasus yang sekitar-sekitar situ saja. Rita sangat terkenal, khususnya julukan "Bupati Metal", selain Kutai Kartanegara dikenal sebagai "Kabupaten Terkaya" di Indonesia. Rizal, tentunya, terkenal karena saya tinggal di Balikpapan. Entahlah Jaang, yang Wali Kota Samarinda itu.
Seingat saya, 5 tahun silam (2013) yang cukup ramai dunia media sosial saya tidak mengetahui secara jelas, apakah ada balon yang gagal lantaran kasus semacam mereka. Mungkin karena saya belum suka mengintip situasi politik di Kaltim, atau, minimal, pada Pilwalkot Balikpapan 2016 antara Rizal dan Heru.
Tetapi yang paling saya ingat dan sampai 2018 ini, situasinya hanya 'hangat', bahkan sekitar 2-3 derajat Celcius saja. Ibarat air hangat, cocoknya untuk memandikan bayi. Artinya, maaf, sama sekali tidak seru. Tidak terlihat adanya persoalan mencolok yang bisa dijadikan sebagai daya tarik politik praktis bagi saya. Apakah itu berarti kondisi kehidupan di Kaltim sudah sangat beres, adil, dan makmur?
Kaltim memang dikenal oleh banyak media sebagai provinsi terkaya di Indonesia. Dengan tenarnya "provinsi terkaya", lantas saya juga terimbas kaya sehingga semua beres-beres saja? Saya tidaklah kaya, bahkan saya merupakan pengecualian dari ketenaran itu.
Di luar ketenaran itu saya mengintip gerak-gerik kehidupan masyarakat Kaltim dalam politik hingga tahun politik ini tidaklah muncul situasi seru yang mampu mengeluarkan saya dari balik tempat mengintip. Siapa pun gubernurnya, situasi sosialnya begitu-begitu saja. Mungkin karena latar sejarah Kaltim bukanlah merupakan sebuah daerah yang sarat perbincangan apalagi persaingan intelektual secara kritis-mumpuni dalam masa-masa pembangunannya. Eh, bukan mungkin ding, tapi pasti.
Ah, pokoknya, mendingan saya melanjutkan mimpi alias tidur setelah mengintip suasana tahun politik di Kaltim. Sudah, ah, itu sajalah.
*******
Panggung Renung Balikpapan, 3 Januari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H