Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merajut Jalinan Cinta di Kota Kasih melalui NTT Expo 2017

27 Desember 2017   15:09 Diperbarui: 27 Desember 2017   16:44 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

: Sebuah Catatan yang Tercecer

"Saya heran, mengapa Elcid mau mengambil pekerjaan ini," ujar Mariana A. Noya Letuna, S.Sos., M.A., pada 18 Desember 2017 atau hari pertama acara NTT Expo 2017 di Ruang Sekretariat Panitia, Lantai II Aula Utama El Tari, Kupang. Noya--panggilan akrabnya--merupakan dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Nusa Cendana (Undana), yang pada waktu itu menerima mandat sebagai pembawa acara sekaligus moderator beberapa talk show.

Keheranan yang lumrah dilontarkannya karena sebelumnya Noya tidak mengikuti pembicaraan-pembicaraan panjang sebelum turunnya surat resmi berupa kontrak kerja dari Kepala Bappeda NTT Wayan Darmawa pada 11 Desember atau 5 hari kerja menjelang acara (18 Desember). Ya, waktu yang sempit, berikut kesibukan akhir tahun di pihak pemberi pekerjaan serta 'isu' kunjungan Presiden Jokowi ke NTT itu juga sempat menjadi keraguan pelbagai pihak terkait mengenai penyelenggaraannya.

Antara Noya dan Elcid--lengkapnya Dominggus Elcid Li, Ph.D.--telah terjalin persahabatan yang kental selama lebih 5 tahun, apalagi Elcid pernah menjadi dosen FISIP di universitas yang sama. Tentu saja Noya sangat mengenal idealisme seorang Elcid, yang terhitung langka di kalangan kaum intelektual NTT. Elcid tidak pernah sembarangan mengambil pekerjaan, apalagi dengan waktu sangat sempit.

Keheranan Noya, bahkan mewakili beberapa orang lainnya, memang lumrah. Tetapi bagi tim kerja yang dikoordinatori oleh Rio Watuwaya ini jelas tidaklah begitu. Sekitar 2 minggu sebelum menghadap kepala Bappeda NTT itu, Elcid menerangkan alasannya kepada tim kerja NTT Expo 2017 di kantor IRGSC mengenai hal "mau mengambil pekerjaan" tersebut.

"Saya mengambil pekerjaan ini karena dampaknya kelak adalah untuk kawan-kawan semua. Dampak itu adalah jaringan kita dengan banyak kalangan. NTT Expo ini saya cita-citakan menjadi wadah komunikasi atau jaringan saling mengait antara pemprov, swasta, organisasi non-pemerintah, akademisi, pelajar-mahasiswa, bahkan komunitas-komunitas kreatif yang selama ini kurang mendapat perhatian dari kalangan lainnya. Kita harus berpikir untuk semua kalangan dan kesemuanya bisa bersatu dalam acara ini, dan untuk masa depan NTT," kata Elcid ketika itu.

Tata Ruang Pameran (Dok.Pribadi)
Tata Ruang Pameran (Dok.Pribadi)
Ya, ada kepentingan bersama yang sinergis, yang jauh lebih panjang-lebar-tinggi-luas jangkauannya, yang melampaui 5-10 tahun mendatang, dan keseluruhannya mengerucut kepada masa depan NTT yang lebih baik. Jaringan intelektual yang telah dibangun oleh IRGSC selama lebih 5 tahun pun dikerahkan, termasuk pembicara berkaliber internasional asal NTT yang juga bagian dari pendiri IRGSC sendiri, yaitu Jonathan Lassa.

Tidak cukup urusan seputar seminar, presentasi, dan talk show, melainkan pula sebuah tim berkapasitas event organizer (EO).  Tim kerja ini bukanlah berisi orang-orang yang baru belajar. Koordinator Tim EO adalah Rio Watuaya, yang sudah sering melakukan kegiatan EO berkelas nasional. Tim kerja juga terdiri dari orang-orang yang biasa berkecimpung dengan kegiatan semacam itu, misalnya Ragil Sukriwul, Manuel Alberto Maia, Yadi Diaz, Natalino Mella, Arthurio Oktavianus Arthadiputra (dari Pontianak, Kalbar), dan lain-lain.

Selain itu, Elcid meminta Rio Watuwaya mengajak kalangan usahawan untuk andil dalam kegiatan pameran. Juga meminta Ragil Sukriwul mengajak komunitas-komunitas yang kurang mendapat perhatian serius agar bisa andil, dan memanfaatkan kebersamaan dengan banyak kalangan. Dan lain-lain, termasuk dari kampus-kampus atau sekelompok mahasiswa yang memiliki komunitas kreatif.

Tidak tanggung-tanggung, kegiatan pameran pun diikuti oleh Organisasi Perangkat Daerah yang terkait dengan 6 tekad pembangunan NTT, BUMN, Organisasi Non-Pemerintah (NGO), pelaku usaha, jaringan ekonomi kreatif dalam pembangunan NTT, dan berbagai komunitas kreatif lainnya.

Gubernur NTT Drs. Frans Lebu Raya meninjau stand-stand pameran komunitas (Dok. Pribadi)
Gubernur NTT Drs. Frans Lebu Raya meninjau stand-stand pameran komunitas (Dok. Pribadi)
Yang terkhusus adalah komunitas-komunitas kreatif dengan tanpa dikenai biaya untuk mengisi stand-stand di area pameran. Komunitas-komunitas itu adalah Komunitas Sastra Dusun Flobamora, Komunitas Nusa Bordir, Komunitas Kupang Batanam, Komunitas Buku Bagi NTT,  Komunitas Pustaka Jalanan Leko Kupang, Komunitas Jarpuk, Komunitas Taffena Tabua, Komunitas Gadget Grafis, Komunitas Timor Art Graphies, Komunitas Secangkir Kopi, Komunitas Sasando, Penerbit Lamalera, Jurusan Ilmu Komunikasi Undana, Fakultas Kedokteran Undana, Jurusan Teknik Mesin Undana, dan Poltek Undana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun