Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sketsa-sketsa Tayuko Matsumura di Pameran Seni Rupa Kupang

8 Desember 2017   22:16 Diperbarui: 13 Desember 2017   21:27 3922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hujan sudah berhenti di jalan El Tari pada 8 Desember 2017, sekitar pkl 13.00 WITA. Tayuko Matsumura menyusun sketsa-sketsanya sendiri pada sebidang papan pamer untuk sesi Pameran Seni Rupa dalam Festival Tpoi Ton.

Tayu--nama panggilannya--senang sekali ketika diajak Mando Soriano berpameran di koridor aula samping Museum NTT, Kupang. Dari Kabupaten Malaka, dia sampai di tempat pameran pada 7 Desember, sekitar pkl. 19.00, dengan sebuah tas ransel berukuran melampui punggungnya. Malam itu rembulan sembunyi di balik mendung ketika menyaksikan kehadiran Tayu dengan keceriaannya.

Matahari terhadang sisa mendung. Sejuk selepas hujan masih menyukai koridor aula. Tayu tekun memilih sketsa-sketsa berwarnanya sendiri untuk dipamerkan. Buaya, Buah Pohon Mahoni, Nanas, Penjual Tuak Nira, dan lain-lain.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Sebanyak 14 skestsa pun berhasil dipilih untuk dipamerkannya pada pkl 14.00. Semua berukuran buku catatan mungil, sekitar 10 cm x 20 cm. Semua berwarna. Dan, uniknya, semua diberi keterangan berbahasa Indonesia. Bentuk tulisan manualnya pun bagus.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Tayu memang bukan pendatang baru di Indonesia. Selain di NTT, dia pernah tinggal di Jakarta selama 2,5 tahun, Aceh selama 2 tahun, dan Lampung selama 1 tahun. Berada di NTT terhitung 2 tahun.

Dia sangat menyukai NTT. Meski iklim sangat berbeda dengan Jepang, NTT sudah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Dia penggemar masakan lawar, khususnya lawar sardin (ikan teri), yang cukup fanatik karena pengolahannya sangat sederhana, dan seperti di Jepang. Selain itu, dia juga penggemar makanan khas Sunda, khususnya lalapan daun pupuhan. Intinya, semua jenis mentah.

Sarjana sosial bidang Humanity sebuah universitas di Jepang ini bekerja di sebuah lembaga swadaya masyarakat khusus mengenai perdamaian, yang berkantor di Jepang. Pertama datang ke Indonesia selagi mahasiswa, dan bukanlah ke Bali atau daerah tujuan wisata terkenal lainnya di luar NTT. Dia justru datang ke Kupang, bahkan jauh ke pelosok desa di sebuah kabupaten. Tayu tinggal selama 2 minggu di sana, lalu pindah ke Timor Leste.

Menggambar merupakan kebiasaannya sejak kecil. Mungkin karena suasana dalam rumahnya, dimana ibunya seorang desainer grafis. Tetapi, menurut pengakuan Tayu, ibunya tidak pernah mengajarkannya mengenai gambar-menggambar atau desain grafis.

Tayu memang terbiasa atau, katakanlah, berbakat menggambar. Selama tinggal di NTT dia rajin membuat sketsa. Jumlahnya sekian puluh sketsa. Dia menganggapnya masih sangat kurang untuk benar-benar menjadi suatu kumpulan utuh mengenai NTT. Tanah Timor saja, tentunya, tidaklah cukup.

Tayu juga berencana, semua sketsa bernuansa NTT itu akan dibukukannya. Bahkan, dengan tambahan dua bahasa lagi, yaitu Jepang dan Inggris. Tentunya nanti, kalau bukunya terbit, akan ditunggu-tunggu oleh orang-orang muda di NTT.

*******  

Kelapa Lima, Kupang, 8 Desember 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun