Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Peduli pada Teori Penulisan Paling Ampuh Sedunia

3 November 2017   12:55 Diperbarui: 3 November 2017   18:23 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya tidak peduli pada setiap teori paling ampuh untuk menulis karya paling heboh, entah itu menulis puisi, cerpen, novel, esai, opini, maupun apa saja. Dan, saya sering membaca banyak teori menulis, misalnya trik menulis cerpen paling tokcer-moncer, trik menulis esai paling aduhai, trik menulis puisi penuh gizi, dll. termasuk tips-tips, justru ditulis oleh orang-orang yang kurang memiliki karya sangat memikat, memukau, apalagi mengguncang dunia penulisan karya sejagat raya.

Sementara para penulis hebat, misalnya Seno Gumira Ajidarma ataupun Pramoedya Ananta Tur, sama sekali tidak menuliskan teori menulis ini-itu dalam bentuk tulisan berseri maupun bentuk buku teori tulis-menulis. Saya belum pernah menemukan buku-buku teori menulis cerpen paling keren yang dibuat Seno. Saya pun belum pernah membaca buku-buku teori menulis novel paling hebat yang dibuat oleh Pram.

Ya itu tadi, orang-orang yang sama sekali tidak mampu membuat karya-karya yang menggetarkan jagat raya, kok justru kelihatannya mampu-lancar menulis teori-teori mengenai menulis karya yang menggemparkan dunia bacaan dunia? Tidak hanya dalam bentuk artikel dengan sekian kata, melainkan menjadi buku-buku mungil nan centil lho.

Atau, mungkin, berteori menulis anu-apalah selalu jauh lebih mudah daripada konsisten mencipta karya yang benar-benar spektakuler-mencengangkan dunia bacaan sejagat. Mungkin konsisten sebagai "sok tahu" itu jauh lebih mudah-asoy daripada konsisten mencipta karya-karya yang mampu mengalahkan karya-karya Seno atau Pram.

Saya tidak tahu sehingga saya menuliskan dengan kata "mungkin". Barangkali (menghindar dari "mungkin" melulu) saya memang tidak perlu tahu, apalagi berusaha untuk peduli, tentang teori paling ampuh untuk menulis karya paling heboh. Barangkali saya hanya wajib mencipta (berkarya) tanpa perlu repot peduli pada teori berbuku-buku. Entahlah.

Yang saya tahu, Seno dan Pram begitu hebat karena karya mereka bukanlah berupa artikel ataupun buku teori berjilid-jilid. Lantas, kesimpulan sok tahu saya, berkarya (mencipta karya) itu lebih utama daripada sibuk menyusun teori-teori menulis paling sakti-mandraguna. Ah, saya memang sok tahu kalau sudah begini-begitu.

*******

 Kelapa Lima, Kupang, 3 November 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun