PERANAN POLA PIKIR DALAM POLA HIDUP GUNA MENCEGAH STUNTINGÂ
oLEH: aUGUST Munar
Stunting dialami oleh sebanyak 31,8% (14,8% balita sangat pendek dan 17,0% pendek). Faktor dominan yang berpengaruh terhadap kejadian stunting adalah pola asuh pemberian makan (OR: 6,496 95% CI: 2,486-16,974). Balita dari ibu dengan pola asuh pemberian makan yang kurang berisiko 6 kali lebih tinggi mengalami stunting dibandingkan balita yang pola asuh makannya baik.
Stunting pada anak didefinisikan sebagai masalah gizi akut yang diakibatkan oleh asupan gizi yang masuk dalam tubuh kurang memenuhi standar dalam kurun waktu lama. Kondisi ini bisa terjadi mulai dari anak masih berada dalam kandungan dan efeknya baru nampak saat ia sudah berusia 2 tahun. Biasanya anak yang mengalami kondisi stunting kurang mendapatkan asupan makanan yang sesuai dengan asupan gizi yang dibutuhkan pada usianya, sehingga pertumbuhannya pun jadi kurang optimal.
Peran ibu sangat dominan dalam tumbuh kembang anak. Bayi sampai anak usia tiga tahun merupakan konsumen yang pasif. Konsumen pasif yang berarti makanan yang dikonsumsi tergantung pada apa yang disediakan ibu atau pengasuh. Ibu harus memperhatikan asupan nutrisi yang dikonsumsi anak sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usianya. Asupan nutrisi yang tepat megandung gizi seimbang (nasi, sayur, lauk, buah dan susu) dengan jumlah dan frekuensi pemberian sesuai usia.
Salah satu penyebab asupan nutrisi yang tidak tepat adalah perilaku ibu yang salah dalam pemberian makan balita yang meliputi jumlah makanan yang diberikan tidak sesuai, jenis makanan yang tidak beragam, dan frekuensi pemberian makan dalam sehari. Pertumbuhan bayi dan anak dipengaruhi oleh kualitas makanan yang dikonsumsinya, sementara kualitas makanan tergantung pada pola pemberian makan. Tujuan dari penelitian adalah menjelaskan faktor pola pemberian makan pada balita stunting berdasarkan determinan perilaku WHO.
Pola makan ibu terhadap anak stunting dibagi menjadi 4 yaitu sangat baik (2,9%), baik (13,8%), cukup (35, 9%) dan rendah (46,9%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap tidak menunjukkan hubungan dengan pola makan anak stunting, sedangkan penghasilan dan peran dari orang yang berpengaruh berhubungan dengan pola makan anak stunting.
Pengetahuan dan sikap orangtua tidak berpengaruh dengan pola makan pada anak stunting. Informasi dan saran dari orang yang berpengaruh misalnya kader kesehatan, petugas puskesmas sangat mempengaruhi perilaku pemberian makan pada anak stunting. Penghasilan merupakan faktor yang dominan berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam pemberian makan pada anak stunting. Ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang nutrisi bagi anak, namun sedikit yang mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Â Pengetahuan yang baik perlu diimbangi dengan jumlah penghasilan yang mencukupi untuk menyediakan makanan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi anak agar tidak terjadi stunting. Kadar kesehatan merupakan secara langsung aktif untuk menyampaikan informasi dan support bagi keluarga terutama tentang pencegahan dan penanganan anak stunting. Sedangkan penghasilan keluarga merupakan faktor yang penting agar orangtua dapat memenuhi kebutuhan anak terutama dalam memenuhi makanan yang bergizi dengan membutuhkan biaya untuk dapat membelinya.
Makanan berkualitas dan gizi adalah landasan kesehatan anak dan manfaatnya dapat dirasakan seumur hidup. Dengan mengajarkan anak tentang kebiasaan makan yang sehat sejak dini, mereka akan memiliki hubungan yang positif dengan makanan hingga tumbuh dewasa. Membangun kebiasaan yang baik juga bisa menyenangkan dan sehat, tidak hanya untuk anak tetapi juga seluruh keluarga.Â
Makanan sehat dan kegiatan yang seru setiap hari akan mendukung perkembangan anak, meningkatkan kualitas kesehatan anak, dan menyiapkan mereka agar dapat mengambil pilihan-pilihan yang sehat saat dewasa kelak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H