Mohon tunggu...
gusmira wati
gusmira wati Mohon Tunggu... -

putri tunggal yg belajar kuat dan tegar di setiap putaran zaman yg kian buas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terbangun dari Lamunan Malam

22 Juni 2013   13:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:36 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hati ini ingin meluakkan sebait kata-kata
melinting selembar rumput kertas di atara jempol dan jari telunjuk
Airnya mataku bergoyang dengan irama terkantuk-kantuk
sembari memercikkan bening yang keperakan.
Dan disini, di atas sebuah batu kasur pipih di bawah cahaya bola pijar
aku berbaring tengkurap.
Dengan kedua tangan menompang pipi,
sinar lampu menghangatkan punggungku yang telanjang dan kemerahan.
dan seputar penginapanku begitu sarat dengan lalu lalang para gadis
saling berbondong-bondong dan berdesakan dimana- mana.
Penuh gemerlap, mewah dan riuh, segala macam lagak dan keangkuhan digelar sambil berlomba memamerkan yang mereka miliki.” Jari jari lentik”
sesaat melawan lamunan teratasi
Di bawah taburan cahaya putih riuhnya malam ini,
Kembali otakku beralasan, “kembalilah, bodoh!”
jiwaku menjawab.”teruskan langkahmu,
karena segalanya kembali padan_Nya dan dirimu sendiri.
kelemahanmu, kekuatanmu, cintamu, imanmu dan keraguanmu!”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun