Jika menginginkan sukses di dunia, dengan ilmu, dan jika pula menginginkan sukses kehidupan setelah di dunia maka juga dengan ilmu. Ya, betapa pentingnya ilmu, banyak manfaat yang dapat diaplikasikan bagi yang punya ilmu. Di samping diri sendiri yang merasakan manfaatnya, orang lain pun juga dapat merasakannya. Begitu kompleksnya kehidupan, yang didalamnya tak lepas dari berbagai fenomena kehidupan.
Terkait dengan hal tersebut, karena hidup saling melengkapi, ada kanan ada kiri; ada depan ada belakang; ada cantik dan ada yang biasa-biasa, bahkan ada orang yang normal dan ada yang abnormal. Hal-hal yang cenderung masuk pada penilaian kurang baik, bukan berarti tidak memerlukan perhatian. Sebagai sampel, orang yang ditakdirkan mengalami gangguan kejiwaan bukan berarti harus di eliminasi dari kehidupan, namun sejatinya mereka juga sama seperti kita yang ingin diberi perhatian.
Bagaimana orang dikatakan abnormal dalam pandangan psikologi? Bagaimana sejarahnya? Abnormalitas di dalam pandangan psikologi klinis berbeda dengan persepsi para kebanyakan orang. Pertama dari sejarah abnormalitas adalah domonologi awal. Keyakinan ruh, setan atau yang terkait dengan hal-hal jahat mengendalikan manusia. Dahulu kala, orang yang mengalami kejadian seperti itu sudah dinamakan abnormal sehingga harus ada penanganan tertentu. Kemudian tahapan selanjutnya setelah domonologi awal yaitu somatogenesis, pada tahap sejarah ini terjadi pemisahan antara ilmu kedokteran dengan agama, sihir ataupun hal-hal yang bersifat tahayul. Sehingga, sampai adanya perkembangan rumah sakit jiwa (RSJ).
Sedangkan sebutan untuk orang abnormal dalam psikologi bagaimana? Berbeda dengan asumsi kebanyakan orang selama ini, yang mungkin persepsinya yaitu orang yang jalan tertawa tanpa sebab di jalanan atau orang yang teriak-teriak atau orang yang tidak memakai pakaian, dsb. Abnormal memang seperti itu, tapi abnormal lebih diperjelas dalam wilayah psikologi:
1. Tergantung ==> pengaturan diri
Ketika kecil kebutuhan finansial selalu orang tua yang menanggungnya, namun ketika dengan berkembangnya umur muncul perubahan-perubahan, misalnya lebih dapat mengatur pengeluaran uang, kebutuhan, dll.
2. Tidak tahu ==> tahu
Inilah kenapa belajar itu perlu, merupakan proses dari tidak tahu menjadi tahu.
3. Tidak mampu ==> mampu
Kembali pada masa kecil, tidak mampu melakukan sesuatu sudah umum, kemudian dengan perkembangnya kognitif, terjadi perubahan yang dahulunya tidak bisa menjadi bisa.
4. amoral==>moral
Anak-anak mencuri mangga dengan para temannya, kemudian berantem, sudah biasa dan umum terjadi pada kebanyakan anak kecil. Namun, kalau sudah dewasa patut menjadi pertanyaan.
5. kesenangan==> pengendalian diri
Pernyataan di atas adalah sekian dari banyaknya indikator normalitas. Jika selama bertambahnya umur tidak ada perubahan, maka secara akademik dalam wilayah psikologi dikatakan abnormal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H