Mohon tunggu...
Gusminto Adi Prayitno
Gusminto Adi Prayitno Mohon Tunggu... Guru - PrasangkaTuhan tergantung prasangka hamba-Nya

Jalani Saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anggapan Orang Awam Terhadap Intelegensi

2 April 2014   04:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:12 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Masih sering ditemukan di lingkungan masyarakat bahwa anggapan orang yang pintar lebih dominan dianggap yang mempunyai prestasi yang tercermin dari hasil belajar, semisal mendapat peringkat pertama, masuk lima besar atau sejenisnya. wajarlah di generasi sekarang sebagian masih seperti itu, tapi 15 sampai 20 tahun yang akan datang anggapan yang seperti demikian harus direduksi atau dihilangkan. Karena masyarakat generasi masa depan sudah banyak yang belajar, dalam arti telah menjalankan program wajib belajar.

Berkaca dari para tokoh atau ilmuwan yang senantiasa hasil penelitiannya selalu berkembang, maka terkait dengan kecerdasan manusia sekiranya yang namanya kecerdasan itu kompleks. Dulu pada tahun 1869, Sir Francis Galton dalam asesmen intelektual yang dikerjakannya menyatakan bahwa berbagai macam prestasi pada umumnya tidak dimasukkan kedalam hal yang berhubungan dengan pengukuran intelegensi, misalnya musik.

Kalau begitu, pengamen yang di jalanan dapat dibilang cerdas? Tentu, mereka mempunyai kecerdasan musikal. Dalam hal ini berlandaskan pada seorang pakar intelegensi, Gardner, dengan multipelintelligence.Hal inilah kewajiban generasi sekarang untuk merubah anggapan masyarakat yang sedemikian rupa, agar tidak ada lagi perbedaan-perbedaan dalam menilai orang. Sungguh, bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Gambaran dasar sumber intelegensi sendiri mencakup genetika, lingkungan, dan genetika-lingkungan. ada penelitian yang menunjukkan hasil bahwa kapasitas intelektual kurang lebih 49 % ditentukan warisan (genetik) dan 51% hasil pendidikan. Sebagian orang melupakan pada poin ketiga, yakni genetik-lingkungan. Jadi, genetik lingkungan adalah sintesis dari genetik juga dari lingkungan. Sehingga, dengan mengetahui hal tersebut berarti tidak sepenuhnya untuk mengandalkan cuma pada salah satu.

Dari penelitian tersebut tidak jauh berbeda jika dilihat dari besarnya prosentasi, dan hampir menunjukkan pada titik keseimbangan. Hal itu mengidentikasi bahwa adanya relasi kuat antara genetik, lingkungan dan genetik-lingkungan. Terinspirasi dari Watson yang pernah menyatakan: " Beri saya selusin bayi sehat, terawat baik, dan dunia spesilisasi akan dapat mengangkatnya. Saya memberikan garansi bahwa secara acak, saya akan mendidiknya menjadi spesialis yang dapat diandalkan, dokter, ahli hukum dan sebagainya."

Jika Watson sanggup berikrar seperti itu, pastinya kita lebih berani dan siap untuk meniru dalam memicu perkembangan intelegensi anak-anak. Dengan berbekal teknologi yang semakin maju, modern, dan berkualitas, hal itu cukup untuk membentuk lingkungan yang berkualitas.Diimbangi dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju pula, terdapat alat-alat yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar intelegensi yang kita miliki. Beberapa diantaranya yaitu WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale). WAIS jika dilihat dari sudut pandang klinis mempunyai dua dimensi pengukuran yakni pengukuran keterampilan verbal dan pengukuran keterampilan tindakan.

Wacana di atas adalah sejauh pemahaman mengenai asesmen yang digunakan dalam lingkungan klinis, yakni asesmen pemfungsian intelektual. Selain itu masih terdapat lagi diantaranya asesmen kepribadian, asesmen pemfungsian neuropsikologis dan asesmen kepribadian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun