Mohon tunggu...
Gusminto Adi Prayitno
Gusminto Adi Prayitno Mohon Tunggu... Guru - PrasangkaTuhan tergantung prasangka hamba-Nya

Jalani Saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Prevensi Seks di Kos

21 Mei 2014   04:30 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:18 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara tentang kepandaian, kepintaran, dan sejenisnya di zaman sekarang sudah banyak orang bahkan sudah merata di berbagai daerah. Lebih dari 500 perguruan tinggi yang ada di Indonesia setiap tahunnya yang meluluskan para sarjana, sehingga dapat dibayangkan dan tidak dapat dibantah lagi bahwa Indonesia sebenarnya kaya akan orang-orang yang berintelektual tinggi. Namun dengan meningkatnya kepintaran suatu individu jika tidak diimbangi oleh kecerdasan lain seperti emosional dan spiritual, maka akan cenderung memunculkan sikap yang arogan, sombong, dan sebagainya.

Kota-kota besar yang ada di Indonesia banyak terdapat lembaga pendidikan, seperti perguruan tinggi. Penghuninya adalah para mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan sangat memungkinkan mahasiswa juga berasal dari luar Indonesia. Mahasiswa cenderung terhadap kebebasan termasuk dalam pergaulan, sehingga status seseorang yang menyandang "mahasiswa" sudah mempunyai tingkat kedewasaan yang sudah standar.

Dengan kebebasan yang dimiliki oleh mahasiswa sebagian ada yang berperilaku bertentangan dengan norma-norma yang berlaku. Dari hasil observasi yang akhir-akhir ini kita lakukan dapat dinyatakan bahwa dalam pergaulan konotasinya sudah tidak memandang perbedaan perempuan atau pun laki-laki. Sudah tidak asing dan heran lagi menjumpai kadang perempuan bermain di tempat tinggalnya (kost, kontrakan) orang laki-laki dan begitu juga sebaliknya.

Ternyata ada sebagian daerah yang cuek-cuek saja menyikapi hal seperti itu, tapi juga ada sebagian daerah yang bersikap tegas tentang perilaku yang semakin bebas tersebut. Beberapa tahun lagi kedepannya mungkin dapat diprediksi bahwa persepsi masyarakat akan memandang rendah mahasiswa, walaupun pada dasarnya yang terlibat hanya beberapa oknum, akan tetapi dampaknya pada semua. ;

Ibarat jika ingin menghasilkan bibit-bibit yang unggul dan berkualitas, maka tidak dapat ditempuh dengan jalan yang instan. Semuanya harus melewati tahap-tahap agar nanti hasilnya akan memuaskan. Tahap-tahap yang dimaksud dapat berupa pemberian prevensi.

Di sini terdapat tiga jenis prevensi yakni prevensi primer, sekunder dan tersier. Pertama, prevensi primer dapat diartikan suatu usaha mengubah lingkungan yang membahayakan sebelum lingkungan itu menimbulkan penyakit. Dalam prakteknya dapat berupa surat pernyataan yang berisi aturan-aturan, memilih tempat kos atau kontrakkan yang tidak jauh dari pemukiman warga dan dalam pantauan pemilik kos, dll. Terkadang yang disayangkan pemiliknya sendiri bersikap cuek atau tidak peduli terhadap hal tersebut, karena memang yang diutamakan adalah uang. Bagaimana dapat memajukan generasi muda kalau terdapat kalangan yang tidak mendukung?

Sehingga, pada cara kedua yakni dengan prevensi sekunder yang mana wujudnya dengan mendorong penanganan permasalahan pada tahap dini sehingga tidak semakin berkembang. Pada permasalahan kedua ini sudah banyak kita jumpai, maka untuk prevensi sekundernya diantaranya:

1.Dengan melibatkan pihak-pihak keamanan, seperti; kerja sama antara rukun tangga (RT), kepolisian dan pihak kampus.

2.Kontrolan atau razia oleh petugas yang berwenang.

3.Dan lain-lain.

Kemudian ketiga adalah prevensi tersier yang tujuannya untuk mengurangi efek negatif setelah terjadinya gangguan. Prevensi tersier dapat dilakukan diantaranya:

1. Mendatangkan orang tua.

2. Melakukan persidangan.

3. Mengeluarkan dari kampus (DO), dan sebagainya/

Sebenarnya prevensi akan berbuah hasil asalkan semua kalangan, dari pihak kampus, lingkungan sekitar, dan pihak lainnya bersedia untuk membangun dan bekerja sama demi suatu tujuan jangka panjang.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun