Mohon tunggu...
Agus Maryono
Agus Maryono Mohon Tunggu... profesional -

Jurnalis, Alumni IAIN WALISONGO SEMARANG, Tinggal di Banyumas, Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nu dan Keris Mpu Gandring

6 Oktober 2014   04:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:15 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Masih ingat atau pernah mendengar Kisah Keris Empu Gandring pada zaman Kerajaan Singasari dulu ? Empu pembikin Keris sakti Ken Arok yang kemudian tewas oleh kerisnya sendiri ? Keris itu sekarang bernama Pilkada tidak langsung, dan Empu Gandring itu mirip dengan PBNU. Dan siapa Ken Aroknya ? siapa lagi kalau bukan Koalisi Merah Padam.

______________

NU memang menjadi makhluk yang sangat "sexy" pada setiap moment politik. Sebelumnya sudah sexy namun akan bertambah sexy sekali di event-event pemilu. Karna kecantikannya itulah NU menjadi rebutan kepentingan politik di mana. Tokoh-tokoh partai yang sebelumnya tidak pernah tahlilan sekalipun ketika masa kampanye akan menjadi sangat NU ketimbang para santri itu sendiri.

Tidak terkecuali pada saat pro kontra mengenai UU Pilkada langsung atau tidak langsung. NU juga menjadi hujjah dan bamper politik bagi mereka yang pro pilkada melalui DPRD ( tidak langsung). NU dijual ke mana-mana sekaligus juga dijadikan senjata untuk menyerang orang-orang NU yang pro pilkada langsung. Para pejuang demokrasi langsung yang menjunjung tinggi hak dan kedaulatan rakyat dalam berpolitik ini dicap sebagai orang-orang NU yang tidak patuh terhadap pimpinannya, yakni para Ulama dan Kyai NU.

Lepas dari pro kontra kedua kepentingan politik ini sesungguhnya NU dengan keputusan mendukung pilkada tidak langsung itu menyimpan resiko yang besar , terutama berkaitan dengan para pemain politik yang setuju dengan pilkada tidak langsung itu. Kekuatan politik yang mendukung pilkada tidak langsung itu tidak lain adalah mereka yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih ( Gerindra, PKS, PPP, PAN, Golkar dan Demokrat). Dari komposisi koalisi itu yang paling dominan bersuara adalah PKS.

Jika Pilkada tidak langsung yang diusung oleh NU itu adalah murni tanpa tendensi politik sesaat, demi kemaslahatan umat saja, beda dengan kepentingan KMP yang jelas memiliki target politik tertentu. Menurut penulis bermuatan dendam politik atas kekalahan Prabowo dalam Pilpres lalu. KMP mendesain pilkada tidak langsung dengan pendapat-pendapat manis atas nama keuangan negara dan menghindarkan perilaku korupsi para kepala daerah.

Namun tentu semua orang paham bahwa argumentasi itu adalah sengaja dibangun untuk mengkamuflasekan kepentingan politiknya, yang ingin menciptakan gubernur-gubernur dan bupati atau walikota dari partainya. Karena jika KMP solid, mereka sudah mengkalkulasi bahwa mayoritas propinsi dan kabupaten akan mampu dikuasainya. Dengan menguasai pimpinan daerah itu selanjutnya tentu saja akan dipakai menjadi senjata kuat untuk melawan pemerintah Jokowi-JK.

Saat ini pun dengan kepintarannya, KMP mampu menguasai pimpinan parlemen di DPR RI, dengan proses yang menurut penulis maaf sangat memalukan demokrasi di Tanah Air. Boleh kita tunggu bersama, biar nanti waktu yang akan menjawabnya, apakah kekuatan mereka di legislatif dalam kerangka bersama Jokowi membangun Indonesia, ataukah dalam rangka melancarkan balas dendam politinya ?

Nah jadi jelas sekali bedanya antara muatan yang dikandung oleh PBNU dengan hasil Munasnya itu dengan motif politik KMP atas nama pilkada tidak langsung itu bukan ? Beda juga dengan Keputusan Muhammadiyah yang mendukung pilkada tidak langsung baru kemarin sore ketika parpol miliknya (PAN) berada di dibarisan KMP.

Munas PBNU itu dilakukan dua tahun lalu sebelum hiruk pikuk politik terjadi di Tanah Air, sebelum Pemilu Legislatif ,sebelum Pilpres dan Sebelum Koalisi Merah Padam itu lahir. Jadi tentu saja tanpa pamrih politik praktis. Karna para Kyai NU itu memang sudah mendedikasikan perjuangannya untuk Bangsa Indonesia sejak lama sekali. Bahkan pada 1945 , PBNU pernah mengeluarkan Resolusi Jihad NU demi melawan tentara Sekutu dan Belanda yang akan merebut kemerdekaan Bangsa ini. Dan Resolusi Jihad ini adalah murni hasil (mungkin kalau konteks sekarang sama seperti Munas tersebut) tanpa ada campur tangan politik negara saat itu.

PILKADA TIDAK LANGSUNG dan KERIS EMPU GANDRING

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun