Aku telah lama mengenalnya. Ia hanya lelaki kampung dengan perawakan yang biasa saja, tidak tinggi tidak kekar, hanya satu yang mebuatku suka dia tak pernah menilai buruk orang lain.
Setiap kali aku ngobrol dengannya ia akan selalu berbicara kebaikan orang atau prestasi prestasinya. Baginya membicarakan keburukan orang lain akan membuat tertular dngan keburukan itu. Namun ada satu yang kubenci darinya ia tak pernah rapi dan jarang menyisir rambutnya.
Namanya pun sederhana cukup satu kata Roni, tapi aku biasa memanggilnya Oni. Kami adalah teman yang dipertemukan karena hobi yang sama, membaca. Koleksi bukunya banyak jadi aku sering meminjam buku padanya.
"Kamu ya, yang  bernama Reti, kata Ifa kamu suka membaca puisi dan novel," itulah kata pertama saat kami pertama bertemu. Saat itu aku sedang duduk di pantai bersama Ifayati temanku. Aku yang saat itu sedang melamun sedikit terhenyak saat ia tahu namaku.
Sejak itu aku mulai mengenalnya lebih dekat dan mulai nerani meminjam buku kerumahnya. Rumahnya tidak begitu luas ahanya ada dua kamar tidur dan ruang tamu. Namun yang mengherankan di setiap sudut rumahnya pasti ada rak buku dan penuh dengan buku buku bacaan hingga sesak dan tak rapi saking banyaknya buku yang disimpan.
Setiap rak mungkin berisi kira kira lima ratus eksemplar buku yang ditata dua lajur tiap sekatnya. Masing masing rak menyimpan buku dengan tema berbeda beda ada sastra, agama, filsafat dan sosial budaya. Bahkan saat aku kerumahnya sore itu ada juga rak yang khusus menyimpan buku biografi.
Ake memberanikan bertanya pada Oni, "Kok banyak buku biografi, ya koleksimu?"
"Buku biografi membuat kita termotivasi cara orang lain memperoleh kesuksesan. Tentunya tidak mudah jalannya dan kita bisa meneladaninya dari sana," terangnya sambil mengambil biografi Mahatma Gandi yang menurutnya telah dibacanya berulang kali dan tak pernah bosan.
Sambil membetulkan rambutnya yang tak pernah disisir itu, ia melanjutkan, "Buku--buku yang saya koleksi tersebut tidak spesifik berlatar belakang pada sosok yang menggeluti bidang tertentu. Beragam profesi menjadi koleksikum misalnya bidang politik, bidang ekonomi, dan bidang lainnya, asalkan menarik untuk dibaca. Biasanya saya hanya membaca biografi tokoh yang mempunyai sisi kreatifitas dalam hidupnya dan telah menjadi inspirasi orang banyak."
"Apakah untuk sukses kita harus mengekor bidang yang orang lain geluti?" protesku dengan sedikit penasaran.
"Untuk menjadi sukses tak perlu harus mengekor bidang kesuksesan orang lain tapi kita harus meneladani bagaimana cara mereka menggeluti bidangnya hingga bisa sukses seperti itu. Disinilah kita bisa aplikasikan cara cara mereka ke dalam cara kita menggeluti bidang keahlian kita," jelasnya dengan sambil mengusap rambutku.