Yang terlupakan, yang membuat sesat, yang ujungnya penyesalan, tidak sadar..
Aku sejatinya adalah aku yang aku ukur dengan nilai, dengan penuh sadar, sukarela, penilaian yang adil, tak semu, tak ada pemberontakan, yang tak tersanggahkan, yang tak kuasa melawan penguasa dibalik keakuanku, sadar..
Kerajaanku galau, bukan perang tapi pertentangan dalam lamunan diam, karena kelalaian, karena kelupaan, keliputan dan sang aku pun kalah, tersudut lunglai bersimpuh tanpa pelawanan...
Lalu berjanji untuk bangkit, menata lagi, kembali berkemas, memulai merevolusi diri..
Yang tertinggal tetap membekas, kadang berulang dan berulang lagi, dalam sadar atau tidak sadar..
Ya, Tapi hidup ini belum cukup hanya dengan kesadaran, butuh aksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H