Mohon tunggu...
Muhammad IrfanHakim
Muhammad IrfanHakim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Hanya seorang pembelajar yang berusaha untuk senantiasa belajar. Jika ada kekurangan dari tulisan saya, itu murni kesalahan & kekhilafan saya, maka mohon saran dan masukannya. Sedangkan jika terdapat kebenaran dalam tulisan saya, itu murni kebenaran dari Allah SWT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Solidaritas sebagai Ujung Tombak Menghadapi Pandemi Covid-19

30 Januari 2025   14:50 Diperbarui: 30 Januari 2025   14:50 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pandemi Covid-19 merupakan permasalahan global, kompleks dan memberikan dampak yang dapat merrevolusi segala aspek kehidupan. Covid-19 tidak hanya menjadi masalah bidang kesehatan, tapi juga memberikan dampak yang signifikan pada bidang-bidang kehidupan lainnya, tidak terkecuali bidang sosial. Terdapat ketidakpercayaan, kecurigaan, dan sikap takut berlebihan (paranoid), dan stigma, yang sangat berresiko terjadi polarisasi, inklusi sosial, dan konflik di masyarakat. Hal tersebut karena masih kurangnya edukasi dan mengakibatkan minimnya pengetahuan masyarakat tentang perihal Covid-19.

            Karakter bangsa Indonesia adalah memiliki solidaritas yang kuat, yaitu rasa saling memiliki, kebersamaan, persatuan, dan gotong royong tinggi. Kekuatan kesadaran kolektif ini dapat dilihat dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, dimana penjajah memiliki peralatan perang lebih canggih dapat dikalahkan dengan peralatan yang  sederhana, hal itu karena persatuan. Tumbuhnya rasa persatuan di balik kemajemukan, perbedaan suku, ras, agama, dan golongan, salah satunya dipacu oleh rasa saling memiliki dan perasaan nasib yang sama. Begitu juga dalam menghadapi situasi Covid-19, solidaritas, dengan rasa persatuan dan mengutamakan gotong royong sangat diperlukan.

            Secara pengertian solidaritas adalah sikap kesetiakawanan atau kebersamaan, dalam kepentingan bersama serta rasa simpati terhadap suatu kelompok tertentu (Alfaqi: 2015). Selain aspek sosial, Covid-19 juga berdampak pada perekonomian, bahkan hampir seluruh dunia perekonomiannya mengalami ketidakstabilan. Hal ini cukup memukul semua kelas sosial. Tidak hanya low class (kelas bawah), tapi juga middle (tengah) dan upper class (kelas atas), namun kelas sosial yang paling terdampak adalah kelas bawah. Oleh karena itu, diperlukan sikap empati dan solider, serta menepikan sikap soliter (menyendiri) dan individualis. Saling bekerjasama, gotong royong membantu sesama dengan kesadaran kolektif, antar kelas sosial saling bersinergi untuk membantu mereka yang cukup terdampak.

            Solidaritas sosial bisa direalisasikan melalui gerakan praksis, mulai dari tingkat terkecil seperti keluarga, RT/ RW (Rukun Tetangga/ Rukun Warga) sampai ke tingkat nasional. Gerakan praksis tersebut seperti membagikan sembako dan alat-alat kesehatan. Dalam ajaran Islam adalah dengan berzakat, infaq, shodaqoh, begitu juga dengan kearifan lokal seperti Jimpitan yang dapat membantu menangani dampak akibat Covid-19. Gerakan untuk menangani permasalahan ini dapat dilakukan secara kolektif sebagaimana dilakukan oleh dua ormas besar, yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Muhammadiyah secara tanggap dan sigap ikut berpartisipasi aktif dalam penanganan Covid-19 dengan membentuk MCCC (Muhammadiyah Command Covid-19 Center), begitu pula Nahdlatul Ulama yang membentuk Satgas NU Peduli Covid-19. Adanya gerakan tersebut, tentunya sangat membantu negara atau pemerintah dalam menangani Covid-19.

            Solidaritas dalam menghadapi pandemi tidak hanya dapat dilakukan dengan praksis secara fisik, namun di era digital rasa solidaritas mampu diekspresikan melalui dunia digital. Aksi tersebut dapat dilakukan dengan cara berdonasi melalui platform-platform digital yang telah disediakan oleh pemerintah maupun swasta. Selain itu dapat juga dengan memberi semangat, dukungan, motivasi kepada dokter, tenaga kesehatan, pasien yang terpapar, dan pihak lain melalui platform-platform sosial media yang tersedia, seperti facebook, instagram, twitter, dan lain sebagainya. Solidaritas dan kesadaran bersama, berempati dengan mengesampingkan perbedaan, dan mengedepankan persatuan itulah yang menjadi salah cara ampuh dalam menghadapi pandemi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun