Mohon tunggu...
Gus Jhon Konsultan Spiritual
Gus Jhon Konsultan Spiritual Mohon Tunggu... lainnya -

Konsultan Spiritual & Paranormal yang sedang belajar menulis , maklum dulu ngga sekolah , kerjanya tirakat di gunung gunung dan sungai.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apa Sebenarnya Mu'jizat?

29 April 2012   16:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:57 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Persoalannya ialah sebagaimana yang telah kami kemukakan. Yaitu mu'jizat tidak berlawanan dengan akal fikiran, ia hanya menyalahi atau menyimpang dari kebiasaan yang sering terjadi di alam kenyataan. Jika setiap perbuatan ( amal ) merupakan ciptaan langsung menururt kehendak Allah swt, tentu didalam hukum akal tak akan ada perbedaan antara terjadinya mu'jizat dan hal hal nyata ( visible ) yang terjadi berulang ulang tiap saat. Mu'jizat dibantah bukan karena ia tidak dapat diterima oleh akal, dan bukan karena tidak dapat dipikirkan. Tetapi bantahan yang sebenarnya ialah : Apakah mu'jizat benar benar penah terjadi dalam kenyataan, ataukah belum penah terjadi ! Apakah mu'jizat sesuatu yang diperlukan atau tidak diperlukan untuk meyakinkan akal fikiran ?

Menurut akal, mu'jizat bukan suatu hal yang tidak mungkin terjadi. Yang tidak dapat diterima oleh akal ialah : jika mu'jizat itu terjadi tanpa tujuan dan tanpa keperluan, karena masih ada kemungkinan lain yang tidak membutuhkan terjadinya mu'jizat. Karena sesungguhnya mu'jizat diperlukan untuk meyakinkan manusia manusia sombong yang ingin mengingkari kekuasaan illahi. Apakah aturan aturan dan hukum alam dapat berubah seketika ? Jawabnya ialah ; YA , DAPAT BERUBAH. Dalam hal itu , tidak ada perbedaan antara perubahannya yang terjadi pada suatu saat dan perubahannya yang terjadi pada seluruh keberadaan cakrawala dan alam semesta . Yang tidak mungkin ialah terjadinya perubahan secara sia sia tanpa tujuan, karena hal itu tidak dibutuhkan dan masih dapat dihindari. Demikianlah semestinnya soal mu'jizat dibahas dan dipersoalkan.

Perubahan segala sesuatu yang berada di alam wujud ini, bagi Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Mutlak , lebih mudah daripada perubahan rumus matematik bagi orang yang telah menguasainnya di luar kepala . Itu merupakan soal pemikiran semata mata , tak ada perbedaan antara hitungan yang banyak dan hitungan yang sedikit. Yang sama sekali tidak mungkin terjadi ialah jika perubahan itu terjadi tanpa tujuan dan sia sia belaka . Karena Allah Swt sesungguhnya tidak menciptakan sesuatu dengan sis sia dan tanpa maksud.

Al Qur'anul karim menunjuk berbagai kejadian yang menyimpang dari hukum kebiasaan , baik yang berupa mu'jizat maupun yang berupa sihir . Semuanya itu dikembalikan kepada sebab musabab yang pertama , yaitu sumber segala sebab musabab. Sumber tersebut adalah : Kehendak dan izin Allah Al-Khalik.
Allah berfirman ;
... Bagi kalian aku ( Nabi Isa ) membuat bentuk burung dari tanah , kemudian aku meniupnya lalu jadilah ia seekor burung seizin Allah ( Aali 'Imran , 49 ).
... Sulaiman sama sekali tidak pernah ingkar ( dengan berbuat sihir ),tetapi setan setanlah yang ingkar , mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan ( mengajarkan juga ) apa yang telah diturunkan kepada dua orang "malaikat" di Babil, ( yaitu ) Harut dan Marut. Padahal keduanya itu tidak mengajarkan sesuatu kepada siapapun sebelum menegaskan : Sesungguhnya kami ini hanyalah cobalah "bagi kalian" karena itu kalian jangan mengingkari Allah Swt. Kemudian dari kedua " malaikat" itu mereka belajar sihir dan dengan sihir itu mereka menceraikan suami istri.Tukang sihir itu sesungguhnya tidak dapat mendatangkan madharrat kepada siapapun kecuali seizin Allah swt. ( Al-Baqarah, 102 ).

Apa yang telah dilakukan oleh Harut dan Marut sebenarnya sama dengan yang dilakukan oleh orang pandai yang ber buat hal hal aneh , yang biasanya selalu berkata , bahwa apa yang dilakukannya itu adalah kelincahan tangan , mempermainkan penglihatan orang dan menguji fikiran.

Apapun yang telah dilakukan dua orang "malaikat" itu, sama halnya dengan semua kejadian yang menyimpang dari hukum kebiasaan. Hal itu tidaklah mustahil menurut akal , karena ebab musabab dan pelaksanaanya bersumber pada hikmah illahi . Mengenai perlunya cara itu ditempuh , atau mungkin dipakainya sesuatu cara lain , itu adalah soal metode untuk meyakinkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun