Mohon tunggu...
Gus Jhon Konsultan Spiritual
Gus Jhon Konsultan Spiritual Mohon Tunggu... lainnya -

Konsultan Spiritual & Paranormal yang sedang belajar menulis , maklum dulu ngga sekolah , kerjanya tirakat di gunung gunung dan sungai.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

1000 Vs 100.000-,

29 September 2012   10:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:30 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Renungkanlah..........
Uang Rp 1.000 dan Rp 100.000 sama-
sama terbuat dari kertas, sama-sama
dicetak dan diedarkan oleh Bank
Indonesia (BI).
Ketika bersamaan mereka keluar dan
berpisah dari Bank dan beredar di
masyarakat, 4 bulan kemudian mereka
bertemu lagi secara tidak sengaja di
dalam dompet seorang pemuda.
Kemudian diantara kedua uang
tersebut terjadilah percakapan; Yang
Rp 100. 000 bertanya kepada Rp 1.000,
‘Kenapa badan kamu begitu lusuk,
kotor dan bau amis? Rp 1.000
menjawab, ‘Karena aku begitu keluar
dari Bank langsung ditangan orang-
orang bawahan dari tukang becak,
tukang sayur, penjual ikan dan
ditangan pengemis.’ Lalu Rp 1.000 bertanya balik kepada Rp
100.000, ‘Kenapa kamu kelihatan
begitu baru, rapi dan masih bersih?’
Dijawabnya, ‘Karena begitu aku keluar
dari Bank, langsung disambut
perempuan cantik, dan beredarnya
pun di restoran mahal, di mall dan juga
hotel-hotel berbintang serta
keberadaanku selalu dijaga dan jarang
keluar dari dompet.’ Lalu Rp 1.000
bertanya lagi, ‘Pernahkah engkau
mampir di tempat ibadah?’
Dijawablah, ‘Belum pernah’
Rp 1.000 pun berkata lagi, ‘Ketahuilah
walaupun aku hanya Rp 1.000, tetapi
aku selalu mampir di seluruh tempat
ibadah, dan ditangan anak-anak yatim
piatu dan fakir miskin bahkan aku
selalu bersyukur kepada Tuhan. Aku
tidak dipandang bukan sebuah nilai,
tetapi adalah sebuah manfaat.’
Akhirnya menangislah Rp 100.000
karena merasa besar, hebat, tinggi
tetapi tidak begitu bermanfaat selama
ini. Jadi bukan seberapa besar
penghasilan kita, tetapi seberapa
bermanfaat penghasilan kita pakai
untuk ke jalan yang benar.
Semakin kita kaya semakin banyak pula orang yang merasakan kekayaan kita. itulah hakekat kekayaan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun