Mohon tunggu...
GusHar Pramudito
GusHar Pramudito Mohon Tunggu... -

menembus batas masa lalu, masa kini dan masa depan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cupu Manik

16 Juni 2010   00:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:31 3838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Cupu merupakan suatu wadah berbentuk bundar, kecil biasanya terbuat dari kayu atau logam. Manik adalah batu permata. Dalam kisah Ramayana terdapat sebuah cupu manik yang cukup terkenal yaitu cupu manik astagina milik Dewi Indradi (dalam beberapa buku ditulis Dewi Windradi).

Sahdan Resi Gotama, seorang petapa sakti mandraguna ikut memadamkan kekacauan yang terjadi di khayangan tempat para dewa bersemayam karena adanya pemberontakan. Atas jasanya tersebut Resi Gotama diberi hadiah seorang bidadari untuk diperistri yaitu Dewi Indradi. Sebenarnya Dewi Indradi sudah punya kekasih dari kalangan dewa, yaitu Dewa Surya. Akan tetapi karena tetua para dewa sudah memutuskan Dewi Indradi menjadi istri Resi Gotama maka Dewa Surya menerima kenyataan. Sebelum Dewi Indradi dibawa kepertapaan Grastina di lereng Gunung Sukendra, Dewa Surya memberi hadiah cupu manik astagina sebagai kenang-kenangan kepada sang kekasih. Jika cupu itu dibuka maka dari maniknya akan terlihat gambaran semua isi dunia.

Resi Gotama adalah seorang petapa yang sangat tekun dalam melakukan tapa brata, sehingga istrinya sering kesepian ditinggal pergi bertapa. Di saat sendiri itulah Dewi Indradi melihat keindahan dunia lewat cupu manik astagina. Perkawinan mereka dikaruniai tiga anak yaitu Anjani, Subali dan Sugriwa. Sampai saat itu sang suami belum tahu keberadaan cupu manik.

Suatu ketika Anjani putri pertamanya memergoki sang ibu sedang memandang cupumaniknya. Dewi Indradi kaget keberadaannya ketahuan. Padahal ia sudah di pesan oleh Dewa Surya agar hati-hati dalam menggunakan cupu manik astagina tersebut. Jangan sembarangan membukanya apalagi sampai ketahuan orang lain walaupun itu suami atau anaknya sendiri. Saat itu Dewi Indradi benar-benar kesepian, sudah berminggu-minggu Resi Gotama menyepi di hutan memperdalam ilmunya yang sebenarnya sudah sangat tinggi. Sedangkan anak-anaknya mempunyai kegiatan sendiri-sendiri. Subali dan Sugriwa mewarisi bakat kepintaran ayahandanya dalam mempelajari ilmu-ilmu kesaktian, sedang memperdalam ilmunya dibawah bimbingan asisten-asisten Resi Gotama. Subali di bawah asuhan Jembawan, Sugriwo oleh Menda. Demikian juga Anjani selain mewarisi kecantikan kebidadarian ibundanya juga sangat cerdas dalam mempelajari ilmu-ilmu ayahandanya di bawah asuhan Endang Suwarsih.

Saat itu Anjani seharusnya belajar tapi ia sangat bosan kemudian pulang ke rumah. Di rumah Dewi Indradi juga sedang kesepian, maka diambilnya cupu manik astagina. Dibukanya cupu itu, dilihatnya isi dunia lewat gambaran yang terpancar dari manik yang bercahaya itu. Ia telusuri keadaan dunia satu sisi ke sisi lainnya. Keindahan gambaran dunia itu membuatnya lupa akan waktu dan keadaan sekitarnya. Sampai kehadiran Anjani tidak disadarinya. Tanpa sadar Anjani juga melihat kesaktian cupu manik milik ibunya dengan sangat takjub, heran dan kaget. Dewi Indradi juga kaget kegiatannya diketahui anaknya, padahal ia sudah dipesan Dewa Surya kekasihnya dimasa lalu agar tidak ada orang yang mengetahui keberadaan cupu tersebut.

Karena takjub Anjani ingin sekali memiliki cupu tersebut. Dewi Indradi karena kaget sudah ketahuan rahasianya mencari jalan keluarnya. Akhirnya dibuat kesepakatan cupu manik astagina diberikan kepada Anjani tetapi dengan perjanjian tidak boleh diketahui oleh orang lain. Anjani setuju, kemudian cupumanik astagina berpindah tangan. Hari berganti minggu Anjani masih bisa menjaga rahasianya. Minggu berganti bulan Anjani semakin ketagihan melihat gambaran keindahan dunia, maka sering-sering ia membukanya. Beberapa bulan kemudian Anjani sudah ketagihan untuk selalu membuka cupu dan melihat-lihat gambaran isi dunia dalam maniknya. Pelajaran dari Endang Suwarsih mulai dilalaikan.

Suatu saat Subali dan Sugriwo memergoki Anjani sedang membuka cupu maniknya. Betapa takjubnya mereka dengan keanehan benda tersebut, gambaran isi dunia bisa dilihatnya. Subali dan Sugriwo juga ingin memilikinya, menghadaplah ia kepada ayahandanya meminta cupu manik astagina juga. Resi Gotama memang sangat sakti, ilmunya sudah tinggi tapi belum bisa memciptakan benda yang bisa melihat isi dunia seperti itu. Ini pasti benda dari kayangan. Dipangilnya Dewi Indradi sebagai pihak yang pertama memilikinya. Betapa bingungnya hati Dewi Indradi ketika harus menjawab pertanyaan Resi Gotama darimana asal cupu manik astagina. Ia ingat pesan Dewa Surya. Rahasia itu bisa terungkap. Dewi Indradi tak kuasa menjawab, diam seribu basa. Resi Gotama semakin tak sabar menunggu jawaban istrinya. Dewi Indradi tetap rapat menutup mulutnya. “Istriku, kenapa kau diam seperti patung?” kata Resi Gotama. Kemudian Dewi Indradi menjadi patung.

Kemarahan Resi Gotama belum reda, maka dibuangnya cupu manik itu. Cupunya jatuh di sendang Nirmolo, sedangkan maniknya jatuh di sendang Sumolo. Karena ingin memilikinya ketiga anak Resi Gotama mengejar cupu manik itu. Subali dan Sugriwo yang melihat jatuhnya cupu ke sendang Nirmolo langsung menyelam mencarinya. Tidak ketemu. Saat keluar dari air wujud tampan keduanya berubah. Seluruh badannya keluar bulu, wajahnya berubah menjadi kera dan sebuah ekor menyembul. Betapa kaget keduanya atas apa yang menimpanya, merka pulang ke rumah menemui ayahandanya untuk di pulihkan. Penderitaan mereka berdua cukup panjang sampai nanti bertemu Sri Rama dan bertempur melawan Rakwana.

Anjani melihat manik yang dilempar ayahandanya jatuh di sendang Sumolo. Ia tidak berani menyelam untuk mengambil. Dari pingir kolam diulurkan tangannya untuk meraih manik tersebut. Masih kurang beberapa jengkal lagi, maka semakin dalam tangan diulurkan sampai wajahnya menyentuh air telaga. Seperti adik-adiknya yang berubah menjadi kera, tangan Anjani juga ditumbuhi bulu, serta wajahnya berubah menjadi kera. Penderitaan Anjanijuga sangat lama. Ia diminta melakukan tapa nyantolo atau berendam seperti kodok di sendang itu selama bertahun-tahun. Suatu saat Dewa Surya melihat punggung Anjani teringat ia pada Dewi Indradi, melalui sebuah ujung daun asam dikirimnya makanan kepada Anjani. Beberapa saat kemudian Anjani hamil. Daun asam namanya sinom, ketika bayi Anjani lahir diberinama Anoman yang juga berujud kera berbulu putih. Kera ini berumur sangat panjang dari masa jamannya Sri Rama dan Sinta sampai jaman Baratayuda. Setelah melahirkan wujud Anjani kembali cantik jelita dan karena tapanya yang sangat taat ia diangkat menjadi Dewi dan tinggal di kayangan.

Kisah Ramayana di tulis oleh Walmilki ribuan tahun yang lalu. Diperkirakan sekitar 400 tahun Sebelum Masehi. Yang menarik bagi saya adalah seolah-olah Walmiki memprediksi ribuan tahun ke depan akan ada sebuah benda kecil seperti cupu manik astagina yang mampu melihat isi dunia, yaitu internet. Cupu manik astagina itu, saat ini bisa berupa sebuah handphone yang bisa digengam dan dibawa kemana-mana. Juga bisa dibuka kapan saja. Yang perlu kita waspadai adalah nasehat Walmiki agar kita tidak sembarangan waktu dan tempat ketika membuka isi dunia itu. Jangan sampai nasib Anjani, Subali dan Sugriwa menimpa kita. Berubah menjadi kera-njingan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun