Mohon tunggu...
Gusdinar Dimplong Syahputra
Gusdinar Dimplong Syahputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ilmu yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tapak Langkah KH. Agus Salim

6 Maret 2024   21:11 Diperbarui: 6 April 2024   05:24 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kh. Agus Salim melihat lontar di perpustakaan Cornel University.

KH. Agus Salim Beliau seorang Diplomat yang cerdik dan juga pendebat yang  ulung. Beliau juga santri yang kritis dalam sebuah masalah dan juga ulama yang moderat. KH. Agus Salim juga beliau pernah kehilangan Iman dan suah payah dalam merebutnya kembali dan sehingga menemukan Islam untuk rakyat Indonesia yang mana " Islam yang tidak terikat akan adat kebiasaan tapi dapat menggerakan sebuah bangsa untuk menentukan nasibnya.

KH. Agus Salim beliau lahir di perkampungan Koto Gadang, Sumatra Barat, 8 Oktober 1884. Ketika masih muda beliau pernah berdebat dengan seorang ulama tentang Adam dan Hawa apakah mempunyai pusar, KH. Agus Salim pun menberikan pendapat/jawabannya " Jika kalau punya pusar, sebagaimana halnya kita, itu tandanya mereka dilahirkan oleh seorang ibu." Ulama yang lainnya pun tidak dapat menimpali pendapat Agus salim tersebut.

Pada masa jabatan tertinggi KH. Agus Salim beliau hanya menjadi Menteri Luar Negeri. Tugas ini sangat di percayakan kepada beliau dimana setelah dua kali pada masa kabinet Sjahrir, Beliau hanya sampai di jabatan menteri muda Luar Negeri; yang sebelum menjadi penasihat Menteri Luar NEgeri Achmad Soebardjo. Walau hanya sebagai penasihat dan Menteri Muda peran KH. Agus Salim ini sama sekali tidak remeh. Pada di Tahun 1947, beliau mengikuti Delegasi Indonesia di Lake Success, New York; sebagai membela pendirian dan kedudukan Indonesia terhadap Belanda yang kal itu menjajah negerinya di sebuah Forum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada ditahun yang sama pula beliau mengunjungi Negara-negara Arab bertujuan menggalang sebuah pengakuan De Jure atas kemerdekaan Indonesia.

Dalam sebuah pengantar buku Hadji Agus Salim: Pahlawan Nasional (1965). Mohammad Hatta mengisahkan Hadji Agus Salim merespons amarahnya kepada Belanda waktu itu atas pengakuannya: " Kalau Tuan-tuan menganggap uasha kami mendapatkan pengakuan De Jure Negara-negara Arab atas Republik Indonesia bertentangan dengan perjanjian linggar Jati? pengakuan De jure yang kami peroleh dari aksi militer Tuan, jika Tuan-tuan melancarkan sekali lagi aksi militer tuan terhadap kami, kami akan mendapatkan pengakuan de jure dari seluruh Dunia."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun