Mohon tunggu...
Bagus Made Arisudana
Bagus Made Arisudana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Direktur BUM Desa Teja Kusuma, Desa Tejakula

Hobi saya membaca dan melakukan perjalanan ke tempat - tempat baru. harapan bisa selalu menjadi teladan bagi orang-orang sekitar

Selanjutnya

Tutup

Financial

Pentingnya Memahami Hakikat Uang: Anda Mau Harus Mampu!

3 Desember 2023   01:19 Diperbarui: 3 Desember 2023   01:19 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi lokasi BUM Desa Baktiseraga

Penulis : Bagus Made Arisudana

Mahasiswa Prodi S2 Ilmu Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha

Suatu ketika di warung kopi dekat kantor dinas pemerintah daerah, saat itu pukul 12.30 wita. Saya dengar sekumpulan bapak - bapak berseragam dinas mengeluhkan akan uangnya yang hanya sekedar lewat dalam rekeningnya. Mendengar hal tersebut, saya jadi ingat dengan apa yang menjadi pesan orang tua. "Kalo sudah kerja nanti, sesuaikan kebutuhanmu dengan kemampuanmu bukan kemauanmu." Kata Bapak. Kalimat sederhana ini memiliki makna yang sangat mendalam. Jika kita melihat fenomena kemudahan berbelanja dewasa ini jelas sekali dapat menjebak manusia menjadi berprilaku konsumtif. 

Perbincangan serupa juga kami perbincangkan dalam acara nongkrong bareng sesama Direktur BUM Desa Kabupaten Buleleng, hanya saja perbedaannya yang kita pikirkan dan bicarakan bukan sekedar mengeluh dan seakan meratapi keadaan, tetapi mencari solusi bagaimana uang yang terbatas bisa diputar dan dikerjasamakan agar menjadi lebih banyak dan bermanfaat untuk banyak pihak. Fenomena yang ada saat ini harus dan wajib hukumnya kita lihat sebagai peluang, bukan ikut berpola konsumtif dan menjadi hedonis, melainkan memanfaatkanya agar bisa menjadikan kita lebih maju dan tidak tertinggal dengan kemajuan jaman, dapat menyesuaikan dengan perkembangan jaman yang ada adalah suatu keharusan demi keberlanjutan jalannya usaha yang kita kerjakan. Uang seakan menjadi pisau bermata dua. Jika melihat pengusaha - pengusaha besar rasanya uang seperti menghampiri mereka. Sebaliknya golongan menengah ke bawah merasa uang adalah segalanya tanpa uang hiduppun serasa tak mampu. Sebenarnya apa yang salah? Kenapa hal itu bisa terjadi? dan Apa yang harus kita lakukan?

Pandangan saya mungkin salahnya ada pada pribadi orang itu sendiri yang sering berprilaku sesuai "KEMAUAN" bukan "KEMAMPUAN". Ingin agar dilihat keren, hebat, hypebeast  dan sejenisnya. Circle pertemanan juga mempengaruhi pola hidup seseorang, dalam ilmu sosial menyatakan bahwa manusia cenderung akan berperilaku sama dalam suatu golongan atau kelompok dimana dia berkumpul. Maka pilih dan sesuaikan dengan siapa kita harus berkumpul, karena hukum alam tarik menarik itu nyata.

Dalam buku yang berjudul "The Psychology of Money" karya Morgan Housel pada Bab 1 mengenai Tak Seorang Pun Gila menyatakan bahwa Pengalaman pribadi Anda dengan uang barangkali 0,00000001% dari seluruh kejadian di dunia, tapi mungkin 80% cara kerja dunia menurut Anda. Jadi, orang - orang yang sama pintarnya bisa tak sependapat mengenai bagaimana dan mengapa resesi terjadi, bagaimana kita harus menginvestasikan uang, apa yang harus diprioritaskan, berapa banyak resiko yang harus diambil, dan sebagainya. (hal. 3).  Banyak fenomena terjadi utamanya pada golongan menengah ke bawah. Mereka merasa hidup hanya dari gajian bulanan, yang sudah habis tak tersisa tak ada lagi untuk menabung. Harapan peningkatan pendapatan hanyalah mimpi. Hanya bisa bermimpi untuk liburan, beli mobil baru dan berharap bisa membeli rumah yang layak. Penghasilan kurang dan kembali berhutang untuk biaya anak sekolah. Bermimpi memperoleh keuntungan atau kemenangan besar dari Judi Online atau slot menjadi harapan. Iya Judi Online atau slot menjadi suatu harapan bagi mereka, berharap dengan mengeluarkan modal yang sedikit bisa memperoleh hasil melimpah. Anda tidak harus setuju dengan pola ini, karena ini memang merupakan jalan yang salah. Tapi kenyataan fenomena ini banyak terjadi. Harapan bisa menang dan memperoleh uang yang berlipat ganda untuk membahagiakan keluarga atau mungkin hanya untuk memuaskan hasrat pribadi membuat banyak orang semakin terpuruk akibat terjebak dalam lingkaran Judi Online. Banyak dari mereka yang gagal dalam mengelola keuangnya hanya akan terus dan terus terjebak pada lingkaran yang sama. Kenyataannya memang benar ketika "Kemauanmu" melebihi dari "Kemampuanmu" saat itu juga Anda akan menjadi budak dari uang selamanya.

Jika merunung dan mengingat sejarah dari adanya uang, maka kita akan sadar siapa sih uang sebenarnya. Hanya saja kita terlanjur terjebak pada paradigma Segalanya butuh Uang, Tanpa Uang Hidup Menderita. Ada yang tidak setuju? Saya adalah orang yang tidak setuju dengan hal ini. Mengapa? Karena Hakikat uang adalah alat Tukar. Hal ini diperkuat juga oleh pandangan seorang penulis buku manajemen yaitu Goenardjoadi Goenawan dalam tulisannya yang berjudul "EDUKASI DUIT: Memahami Hakekat Uang" beliau berpandangan Uang pada Hakekatnya adalah Pertukaran. Sejak Adam Smith uang itu sudah didefinisikan sebagai alat pertukaran. Tukang roti ingin mencukur rambutnya, ia harus pergi ke tukang cukur, karena cara ini akan lebih efisien ketimbang belajar dahulu mencukur dan kemudian mencukur sendiri. Untuk mendapat jasa dari tukang cukur, tukang roti menukarnya dengan uang. Inilah basic uang. Artinya apa? jika kita memahami konsep pertukaran artinya kita tidak bisa memikirkan keuntungan sendiri, manusia sebagai makhluk sosial butuh orang lain. Kita membutuhkan tangan - tangan dan pemikiran serta bantuan dari orang lain. Disaat kita memiliki Kemauan yang besar maka Kemampuan untuk bekerja dan menghasilkan profit juga harus ditingkatkan. Caranya bagaimana? Contoh bekerja dalam jasa keuangan. Jika kita mengharapkan tambahan penghasilan atau bonus, maka wajib hukumnya kita mencari nasabah sebanyak - banyaknya dan memberi pelayanan maksimal agar nasabah menjadi nyaman dan merasa aman. Dengan mencintai pekerjaan dan bekerja dengan keras, cerdas, iklas dan tuntas maka niscaya penghasilan pasti juga akan meningkat. Pada dasarnya tugas manusia adalah sebagai pelayan, maka dari itu janganlah memikirkan diri sendiri tetapi bagaimana bisa bermanfaat untuk sesama paling tidak lingkungan sekitar. Contoh saja komunitas yang bergerak di bidang lingkungan, berawal dari melakukan kegiatan bersih - bersih di tempat umum, sungai, hutan dan tempat wisata yang tidak terurus, mereka melakukan pekerjaan secara sosial tanpa mengharap imbalan tapi akhirnya karena konsistensi dan integritas mereka menjalankan hal tersebut banyak komunitas luar bahkan masyarakat yang peduli berdonasi guna menunjang kegiatan mereka. Hal ini membuktikan uang tidak usah dikejar, tetapi dengan semangat kerja yang tinggi uang itu akan datang dari atas dan mengalir dari mereka yang disebut Donatur, Investor atau sejenisnya.
Dalam buku yang berjudul "Change Your Habits" karya Isnaeni DK 2018, menjelaskan menjadi pribadi yang bermanfaat adalah kemauan. Tanamkan kemauan yang besar pada diri anda. Biasakanlah memberikan manfaat bagi orang lain selagi anda hidup dan memiliki kemampuan untuk melakukannya. Biasakan pula untuk mengajak orang terdekat anda untuk melakukan hal - hal yang bermanfaat sesuai dengan kemampuannya. (hal. 199)

Open your mind, and change your habits !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun