GILA! Sebenarnya sudah kepingin berhenti mikirin dan menulis Pilpres 2014. Namun apa lacur, justru orang-orang di sekitar om Prabowo Subianto sendiri yang nampaknya nggak bisa anteng dan mengambil sikap cooling down bagi kita semua.
Simak misalnya yg ini...
JAKARTA, KOMPAS.com - Kedutaan Besar Korea untuk Indonesia hari ini mengunjungi rumah Polonia untuk memberikan klarifikasi mengenai pemberitaan seputar adanya hacker yang melakukan manipulasi suara pada Pilpres 2014. Perwakilan Kedubes Korea Selatan yang datang yaitu Ryu Jeong-hyun dan Kim Hoil.
Berdasarkan keterangan pers yang disiarkan dari tim media rumah Polonia, dalam pertemuan tersebut Jeong-Hyun mengatakan bahwa pihak kedutaan telah melakukan klarifikasi langsung kepada Bareskrim Polri yang menyatakan tak ada satupun warga Korea yang ditahan berkaitan dengan kasus tersebut.
“Kami telah mengecek secara langsung kepada pihak Bareskrim Polri, dan kami mendapatkan informasi bahwa tak ada satupun warga negara Korea yang ditahan. Kami berharap kasus ini jangan sampai mengganggu hubungan baik antara kedua negara," tutur Jeong Hyun. http://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/07/23/19565661/klarifikasi.soal.hacker.kedubes.korea.datangi.rumah.polonia
Nah lohh....gara-gara mulut soak yang nggak bisa direm macam begitu sendiri yang sebenarnya bikin setori ga berujung di negeri ini. Maunya itu apa, ngakunya pinter kok nggak punya wise sama sekali. Kalau ga kepingin soalan ngembang ke yang aneh-aneh ya kurangi bertindak dan ngasih statemen yang aneh-aneh melalui media.
Tidakkah kita semua bisa belajar, politik tidak ansich soal popularitas dan elektabilitas dari masing-masing calon, namun ada kalanya keberpihakan muncul disebabkan satu sisi kemanusiaan yang terusik dan lalu terpanggil untuk melakukan pembelaan?
Seperti saya misalnya. Awalnya saya nggak pernah mau nggubris soalan Pilpres, namun begitu mendapati ada seorang ibu bernama Sujiatmi (yang kebetulan adalah ibunda dari Jokowi) didzalimi posisinya baik secara agama dan juga sosial (disebut-sebut dan difaith accomply sebagai PKI), hati saya jadi tersulut. Dan nampaknya banyak dari sekalian jiwa bangsa-berbangsa Indonesia mengalami yang demikian: mendukung karena pembelaan terhadap orang yang didiskriminasi.
Ingatan saya soal orang besar yang wise itu adalah MEREKA YANG TAHU KAPAN SAATNYA MENGIBARKAN BENDERA, DAN TAHU JUGA KAPAN HARUS MENURUNKANNYA. Tetapiiiiii.....nggak tahu juga sih, sampean semua itu sebenarnya memang pantas dimasukkan dalam kategori yang seperti itu atau nggak?
Ramadhan hampir usai, kok nggak mikir gimana caranya ngeraih Lailatul Qadar, malah isinya main pitenah dan hasud mulu? Hadeeww....mending sampean jadi gila aja biar kalau pun nggak bisa lagi hidup pake norma nggak akan diitung dosa!
Jabat erat Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H