Mohon tunggu...
Gusblero Free
Gusblero Free Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Freelance

Ketika semua informasi tak beda Fiksi, hanya Kita menjadi Kisah Nyata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mimpi Utopis Itu Bernama Keraton Agung Sejagat

20 Januari 2020   01:52 Diperbarui: 21 Januari 2020   22:35 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hasil olahan pribadi

Ia menyebut katastrofa, yang artinya: 1. Malapetaka besar yang akan datang tiba tiba, 2. Perubahan cepat dan mendadak pada permukaan bumi;bencana alam, 3. Penyelesaian akhir suatu drama,terutama drama klasik yang bersifat tragedi.

Dalam postingan lainnya tanggal 1 Agustus 2016 ia menyejajarkan foto dirinya dengan Douglas MacArthur dan memberi caption 'World War II to World War III': "We were born in a different era, but we have the same task to stop the war. If you stop the war by dropping the atomic bomb (genocide) then we stop the war with peace and love. If you stop the war by mistake then we stop the war by build humanity. If World War I and World War II had occurred then World War III does not have to happen, because the war will only bring disaster and destruction as well as misery for the inhabitants of the earth. Abolish greed and stop the war!!! Bring love and peace to save the earth."

Kita lahir di era yang berbeda, tetapi kita memiliki tugas yang sama untuk menghentikan perang. Jika Anda menghentikan perang dengan menjatuhkan bom atom (genosida) maka kami menghentikan perang dengan damai dan cinta. 

Jika Anda menghentikan perang karena kesalahan maka kami menghentikan perang dengan membangun kemanusiaan. 

Jika Perang Dunia I dan Perang Dunia II telah terjadi maka Perang Dunia III tidak harus terjadi, karena perang hanya akan membawa bencana dan kehancuran serta kesengsaraan bagi penduduk bumi. Hapus keserakahan dan hentikan perang! Bawa cinta dan kedamaian untuk menyelamatkan bumi."

Dilihat dari beberapa konten yang diposting, Toto Santoso barangkali lebih tepat disebut seorang utopis. Orang yang memimpikan suatu tata masyarakat dan tata politik yang hanya bagus dalam gambaran, tetapi sulit untuk diwujudkan.

Orang yang berfikir dunia bisa dibentuk sebagai koloni masyarakat adab dan susila tanpa adanya keterlibatan polisi susila.

Orang begini, menurut saya lebih masuk akal direhabilitasi oleh psikiater. Penjara lebih pas diisi mereka-mereka yang mendapatkan mandat dari negara, namun kewenangan yang dimilikinya justru digunakan untuk mengelabui rakyat. Ini satu jenis delusi yang sedang jadi penyakit kronis bangsa ini, tetapi yang juga tidak ditangani secara jelas.

Wonosobo, 19 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun