Tahun 2020 segera dimulai dan akhir tahun 2019 ini ditutup dengan Wonosobo menempati peringkat ke-34 (dari 35 Kabupaten) sebagai Kabupaten Termiskin se-Jawa Tengah. Prestasi jeblok? Tunggu dulu. Kita coba urai satu-satu.
Wonosobo dianggap miskin bukan dari sisi materialnya, namun dari masalah habits and customs (kebiasaan, rutinitas, dan sebangsanya). Duite akeh, sawahe amba, mung mangane cukup nganggo pete lan urap godhong tela, misalnya begitu. Omahe gedong, jubine keramik, nanging pating blecek telek dara, gudang salak karo garasi dadi siji, itu juga nilai yang mengurangi.
Mangan ra tau mikir ndi ono gizi, urip ra tau kuatir sanitasi. Itu yang jadi parameter warga di lereng dua gunung nan mlenuk-mlenuk dan sentausa ini kemudian dikategorikan Kabupaten miskin. Akan hal yang demikian adakah hubungannya dengan soal kebahagiaan? Kita lebarkan lagi titik pandangnya.
World Happiness Report (WHR) 2019 baru saja merilis laporan terbaru mereka terkait daftar negara-negara bahagia di dunia. Finlandia adalah Negara Paling Bahagia di dunia, disusul Denmark, Norwegia serta Islandia. Kesemuanya merupakan negara-negara di kawasan Scandinavia.
Dari 156 daftar negara yang dirilis, Indonesia berada di peringkat ke-92. Di Asia Tenggara, Indonesia tertinggal dari Singapura, Thailand, Filipina serta Malaysia, dan berada di atas Vietnam, Kamboja, Laos dan Myanmar. Indikasi poin kebahagiaan yang dirilis oleh WHR disusun berdasarkan beberapa faktor. Di antaranya seperti harapan hidup, dukungan sosial, serta tingkat korupsi.
Peringkat 92 dari 156 jelas juga menunjukkan nilai kurang, kalau parameternya seperti dimaksud di atas. Akan tetapi dari survei yang dilakukan organisasi Inggris Varkey Foundation untuk parameter kebahagiaan secara global, yang antara lain berikhtisar kepuasaan terhadap hidup yang dialami saat ini, maka kaum milenial di Indonesia menempati posisi teratas.
Jajak pendapat itu juga menemukan fakta bahwa sepertiga warga dunia mengalami stres. Satu dari lima penduduk dunia hari ini diliputi kemarahan serta dan kesedihan mendalam. Yunani tercatat sebagai negara dengan jumlah penduduk stres terbanyak (59%). Di AS jumlah responden yang mengaku tertekan secara psikologi berjumlah 55%.
Justru anak-anak muda di Indonesia merasa paling bahagia dibandingkan anak-anak muda di negara lain yang disurvei. Posisi kedua ditempati kaum muda di Nigeria, disusul Israel, India, Argentina, dan AS. "Tinggal di negara yang relatif makmur dan maju secara ekonomi tak serta merta menjamin kebahagiaan," kata tim peneliti Varkey Foundation.
Penelitian itu juga menghasilkan kajian lebih jauh, bahwa faktor tertinggi yang mendorong kebahagiaan pada level global adalah kesehatan fisik dan mental. Bagi anak-anak muda di Indonesia, optimisme masa depan disebabkan oleh adanya nilai-nilai yang mendukung perdamaian yang dipegang anak-anak muda, sementara kekhawatiran terbesar di masa depan adalah konflik dan perang.
Rumusan kita untuk kebahagiaan dan kesuksesan itu ternyata berbanding terbalik. Tidak selalunya kesuksesan itu berdampak pada kebahagiaan, disebabkan pada posisi ini orang kemudian takut pada kegagalan. Di sisi lain terdapat orang-orang yang sama sekali tidak pernah mengukur hidup laiknya capaian prestasi, namun rasa syukur akan hadirnya kebersamaan.