Mohon tunggu...
Gusblero Free
Gusblero Free Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Freelance

Ketika semua informasi tak beda Fiksi, hanya Kita menjadi Kisah Nyata

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Burung Hantu dalam Halloween Party

1 November 2019   18:48 Diperbarui: 1 November 2019   19:07 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Penghujung bulan Oktober 2019, bertepatan dengan hujan pertama di kota The Soul of Java, Hotel Dafam Wonosobo menggelar event bertajuk Halloween: When Scary Turns Into Comedy. Acaranya sendiri berlangsung sejak pukul tujuh malam dan berakhir tengah malam (31/10/19).  

"Tujuan utama kita mewadahi milenial Wonosobo yang hobi musik dan stand up comedy. Kebetulan saja event ini berdekatan dengan peringatan Halloween. Maka tema Halloween yang menakutkan kita ubah menjadi lucu-lucuan (komedi). Peserta tidak wajib berkostum Halloween, hanya kita akan kasih hadiah untuk best costume," jelas Doni Avianto yang merupakan General Manager Hotel Dafam Wonosobo.

Hal menarik lainnya yang bisa dijumpai dalam event ini adalah hadirnya sosok burung hantu sebagai instalasi panggung. Doni menambahkan instalasi tersebut mengandung filosofi tersendiri dari pembuatnya yang notabene seniman asli Wonosobo.

"Kita dibantu oleh Gus Blero untuk dekorasi. Hal ini merupakan salah satu bentuk apresiasi kita bagi kearifan lokal Wonosobo," ujarnya.

Ditemui secara terpisah, Gus Blero menjelaskan instalasi burung hantu (bahasa Jawa -- bleketupuk) ini merupakan simbol ilmu pengetahuan. Melalui instalasi tersebut, dirinya juga ingin menyebarkan kampanye kebudayaan yang dinilainya kini semakin memudar.

"Burung hantu (owl) ini simbol ilmu pengetahuan, sesuatu yang hari ini banyak orang melihatnya sebagai satu hal yang menakutkan. Mereka lebih menyukai sesuatu yang easy dan ringan disebabkan sudah terlalu capek memandang hidup.

Padahal berpengetahuan dan tidak berpengetahuan itu ibarat dua mata pisau yang sama-sama menakutkan. Pengetahuan yang digunakan secara salah akan menimbulkan ketakutan, dan ketidak berpengetahuan yang diyakini secara benar akan menghasilkan sesuatu yang menakutkan." tutur Gus Blero.

Gus Blero bersama kelompok seni Manyarkesit dari Desa Pandansari dan Sruni menggarap instalasi ini selama satu minggu. Bahan yang digunakan pun semuanya ramah lingkungan. Ada daun kakao, pakis, jagung (klobot), sabut kelapa, bunga alang-alang, rumput, akar bambu dan lainnya.

"Harapannya ini bisa menginspirasi teman-teman pelaku seni untuk mengoptimalkan bahan yang ada di sekitar lingkungan, yang lalu dengan secara gotong royong mewujudkannya sebagai bagian tak terpisahkan dari spektakulernya perhelatan," pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun