"Allahumma ahyinii miskiinan, wa amitnii miskiinan, wahsyurnii fii jumratil masaakiin".
Doa di atas adalah satu dari sekian banyak doa yang diajarkan Kanjeng Nabi Muhammad SAW untuk umatnya. Hadits tersebut derajatnya hasan.Artinya tidak berisi informasi yang bohong, tidak bertentangan dengan hadits lain dan Al-Qur'an dan informasinya kabur, serta memiliki lebih dari satu Sanaddan disetujui keakuratannya oleh sebagian besar pakar hadits.
Tetapi, bisa jadi hadits yang berisi ajaran Nabi tersebut menjadi doa yang paling tidak populer, bahkan cenderung tidak dipilih (otomatis paling jarang dipraktekkan) oleh kebanyakan kaum muslimin, berkaitan dengan lafadz 'miskin' yang terkandung dalam doa itu.
Bukan saja oleh muslim Indonesia. Saya mengkonfirmasi pada teman yang memiliki keluarga di Arab, paham bahasa Arab, sehari-hari menggunakan bahasa Arab pun, doa itu menjadi doa warisan Nabi yang bisa dibilang paling tidak populer diamalkan. Dalam istilah sekarang, secara rating kalah jauh dengan misalnya, doa minta kenaikan derajat, doa minta kaya, doa minta jodoh, doa minta anak, dan sebagainya.
Padahal dalam diri Nabi, Allah telah menyampaikan "laqad kana fi rasulillahi uswatun hasanah" [QS Al-Ahzab: 21].Dalam diri Rasulullah SAW itu ada teladan yang baik. Dari tutur kata Beliau, akhlak Beliau, kecerdasan Beliau, gaya hidup Beliau, hingga tata cara ibadah secara totalitas terbaik. Begitupun termasuk yang Rasulullah SAW contohkan dalam hal berdoa.
Akan halnya demikian, benarkah lafadz "miskin" dalam doa tersebut dimaksudkan sebagai "orang-orang yang tidak berkecukupan di dalam hidupnya atau orang-orang yang kekurangan harta"?
Sebagai seorang muslim yang taat, yang ingin menjalankan apa yang sudah diajarkan Kanjeng Nabi secara kaffah,tak urung doa di atas memaksa kita berhenti sejenak. Inilah doa dari ajaran Rasulullah SAW yang bisa dibilang paling menguji iman.
Saya bertanya pada banyak orang, termasuk juga mencari literasi terjemahan paling "aman dan nyaman" untuk dipraktekkan. Anda silakan juga berselancar menemukan rujukan melalui mesin pencari. Hampir semuanya menyampaikan tentang "kandungan lafadz", tetapi bukan "makna lafadz". Asbabundoa, history,riwayat atau riwayatnya, tetapi bukan dari lafadz "miskin" itu sendiri.
Penterjemahan terbanyak berisi tentang penafsiran. Bahwa lafadz "miskin" yang dimaksud dalam doa tersebut adalah "Orang yang khusyu' dan mutawaadli (orang yang tunduk dan merendahkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta'ala)".
Akan tetapi, bisakah doa di atas yang secara umum terjemahannya: Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang miskin", digantikan dengan "Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan khusyu' dan tawadhu', dan matikanlah aku dalam keadaan khusyu' dan tawadhu', dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang khusyu' dan tawadhu"?
Dalam literasi budaya Jawa ada dikenal hidup secara sederhana. Miskin tidak apa-apa asalkan setiap kali membutuhkan sesuatu ada dan tersedia. Ini maknanya juga bukan miskin, atau kondisi paling krusial, yang menumbuhkan tindakan yang terbaik yang kemudian kita sebut sebagai kondisi tawakkal. Miskin jelas juga tidak sama dengan pas. Pas butuh pas ada.