Mohon tunggu...
Gusblero Free
Gusblero Free Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Freelance

Ketika semua informasi tak beda Fiksi, hanya Kita menjadi Kisah Nyata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyimak Abdul Somad, Berguru kepada Khidr

3 Januari 2018   10:25 Diperbarui: 3 Januari 2018   10:52 3189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir satu bulan penuh selama Nopember 2017 saya menyimak ceramah-ceramah Ustaz Abdul Somad melalui media Youtube.com.Bukan berarti tiap jam atau tiap hari saya mendengarkan ceramahnya, tetapi barangkali ada sekitar hampir dua puluh videonya saya telah menyimaknya.

Sudah pasti itu jumlah video yang cukup banyak. Kalau ada yang bertanya kenapa saya mau menyimaknya, jawabannya adalah karena saya mau belajar, titik. Lalu kenapa Desember 2017 saya sama sekali tidak menontonnya, jawabannya karena saya sedang banyak urusan, begitu saja, titik.

Saya memiliki banyak Guru, baik yang mengajari saya secara langsung berhadap-hadapan atau pun yang tidak secara langsung. Adalah sesuatu yang sungguh-sungguh menyalahi adab manakala kita hendak mencari Mursyid namun terus membanding-bandingkan antara Guru yang satu dengan Guru-Guru lainnya.

Saya tentu tidak bisa membanding-bandingkan antara Guru saya yang Kiai kampung dengan Simbah Kiai Maimun misalnya. Dengan Cak Nun, dengan Gus Mus, dengan Habib Lutfi, dengan Ustaz Abdul Somad, atau pun dengan para alim ahlal 'ilmlain-lainnya. Pada setiap Guru ada ke-khas-an masing-masing, yang mana kita bisa belajar cara menghisap lembut, memukul keras, atau bertahan dan menjaga keseimbangan.

Awal tahun 2018 ini dunia ceramah masih berisi hingar silang sengkarut pendapat terkait Ustaz Abdul Somad. Bagi saya ini sungguh menyedihkan. Kurun tiga tahun terakhir kita sudah nyaris berada diambang kejumudan dengan cerita-cerita picisan ustaz-ustaz fashionyang mengisi infotainmentbegitu rupa. 

Dan kini, ketika di atas panggung muncul Ustaz Abdul Somad bak katalisator dengan dalil-dalil shahih (maafkan kedangkalan ilmu saya),tetap saja kita tak geming dalam pendapat, tak goyah terus berdebat.

Saya, tentu tidak berhak untuk menjustifikasi apapun tentang Ustaz Abdul Somad. Orang Jawa bilang, ilmumu kuwi sepiro wani-wanine ngukur wong liyan(ilmumu itu seberapa hingga berani-beraninya menakar orang). Tetapi bagi saya jelas, tindakan membutakan diri, menulikan telinga, merasa benar sendiri dan tidak mau belajar untuk memahami itu lebih dari sekadar sifat munafik yang sudah seharusnya tidak kita pelihara.

Akan aneh kalau kita bisa bicara mari belajar pada padi yang tumbuh di sawah lalu kita tidak mengindahkan bagaimana cara menyiram tanaman. Akan terlihat dungunya kalau kita bicara mari berguru pada alam sambil menaruh kesabaran, lalu pada manusia lainnya kita tidak mau diingatkan.

Membuka kembali lembaran kisah Kanjeng Nabi Musa AS yang kemudian harus berguru meluaskan pemahaman hakikat pada Kanjeng Nabi Khidr AS kita bisa belajar tentang tasyri'dimensi illahiyah dan dimensi insaniyah. Kita boleh beradu pintar soal tafsir agama, namun satu hal pasti Allah akan menjaga kemuliaan agama itu sendiri.

Allah tidak pernah ragu menempatkan Kanjeng Nabi Ibrahim AS kecil dalam lingkungan keluarga pembuat berhala yang jelas-jelas menyekutukan-Nya untuk kemudian dijadikannya Kanjeng Nabi Ibrahim AS "Bapak Paranabi" yang menegakkan agama-Nya. Seperti halnya Allah tidak pernah cemas menaruh bayi kecil Kanjeng Nabi Musa AS dalam timangan raja Fir'aun dan menunjukkan pada puncak tarikhpada akhirnya Kehendak Allah-lah yang pasti akan menang.

Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban,maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Jangan begitu. Kita terlalu gemar menaruh keberadaan para alim dalam lingkar simpul politik kemudian mengulitinya ramai-ramai dalam sudut pandang kelompok kita semenjana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun