Megawati mungkin masih sedikit malu untuk mengakui menangis haru melihat apa yang sudah dilakukan Jokowi sampai disesi terakhir debat Capres-Cawapres 2014, namun satu hal jelas menggambarkan situasi kebatinannya, ia berkata lirih: saya bahagia!
Megawati, ibu kandung dari anak-anak partai bernama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tak perlu malu, dan sesungguhnyalah kita semua tak perlu malu untuk menangis dan terharu melihat sepak terjang Jokowi yang kemudian menginspirasi banyak warga rakyat Indonesia untuk gagal golput dalam Pilpres 2014 ini.
Saya, sebagai contoh misal salah satunya. Melihat video fenomena lautan manusia yang tergelar di Gelora Bung Karno 5/7/2014 ( http://youtu.be/lkZJNBMkhdw ), yang satu dalam tekad satu dalam pengharapan mendukung Jokowi untuk membawa Indonesia ke depan lebih baik, benar-benar telah menggugah hati dan semangat saya. Saya, mungkin hanya satu dari sekian banyak warga bangsa yang memiliki perasaan yang sama, jauh dari ibukota namun secara spirit jiwa raga seakan-akan ikut terlibat lebur jadi satu dalam kegembiraaan demokrasi diacara itu.
Itu adalah pemandangan luar biasa yang orang sekuat apapun akan runtuh ego sektoralnya. Menjadi wajar, dipuncak segala kesuksesan pada akhirnya tinggal keharuan yang tersisa. Maka beruntunglah Jokowi yang masih memiliki seorang ibu, tempat ia kembali saat jiwa raganya terasa letih menghadapi guncangan dari amanah-amanah besar yang kemungkinan besar akan segera disampirkan di pundaknya.
Dan beruntunglah Jokowi memiliki seorang ibu seperti Sujiatmi Notomiharjo. Yang dalam situasi ‘ketiban rahmat’ itu, lalu dengan arifnya menyuruh sang putra untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Khalik, Allah Maha Pencipta, Allah Maha Kuasa, dengan melakukan umrah di Baitullah. Menenangkan diri dan memohon kepada Sang pemilik Hidup.
Seluruh Kitab Kejadian menyampaikan, tak ada hal yang kebetulan dalam segala kejadian dihidup ini. Mungkin juga termasuk kejadian di Gelora Bung Karno tanggal 5 Juli kali ini pada saat Jokowi menyampaikan Maklumat Kebangsaannya. Tanggal yang mengingatkan kita pada momentum kebangsaan 5 Juli 1959 saat bangsa ini dulu menggelar Dekrit Presiden.
Termasuk juga pada kalimat Salam 2 Jari yang menjadi tema besar perjuangan pasangan Capres nomor 2 Jokowi-Jeka. Salam yang bisa ditulis 2J4RI, 2J 4 RI, 2 Jokowi-Jeka For RI. Sekali lagi, kebetulan atau bukan kebetulan di dunia ini konon tidak ada hal yang bernama kebetulan. Semuanya adalah bagian dari rencana Allah.
Dus, jika semua sudah menjadi Ketetapan Allah, siapa pun tak akan sanggup mengalahkannya. Maka berhentilah hatimu dari segala hal yang cenderung melakukan tindakan kepada makar, karena sebetapa pun keinginanmu menggebu-gebu, Ketetapan Dari Allah lah yang pasti akan menang.
Jabat erat Indonesia!
#Note: saya hanya rakyat biasa, satu dari sekian warga negara yang terus-terusan ikut menyuarakan mohon warga DKI jangan egois: kita semua juga ingin dipimpin oleh Jokowi biar nasib sebagai warga bangsa bisa lebih baik lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H