Mohon tunggu...
M.G Adib
M.G Adib Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

nyepi di gusadib.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kasus Alkes RS Unair : Sebuah Pendapat Pribadi

1 April 2016   13:57 Diperbarui: 1 April 2016   14:40 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tulisan ini sepenuhnya adalah pendapat pribadi saya sebagai penulis. Tidak mewakili organisasi, komunitas atau institusi apapun dimana saya terafiliasi. Tidak juga untuk membela siapapun. Saya hanya ingin mengajak bersikap kalem dan proporsional atas peristiwa yang terjadi

Saya sedikit terkejut dengan kabar yang saya baca di media online terkait dengan penetapan mantan Rektor Unair sebagai tersangka oleh KPK. Hal yang tidak pernah terpikir dalam benak saya. Yang saya tahu beliau adalah orang yang baik dan jujur.

Penetapan akademisi sebagai tersangka korupsi oleh penegak hukum juga pernah terjadi di beberapa kampus lain seperti di UI atas kasus pembangunan dan pengembangan IT Perpustakaan. Di UGM untuk kasus penjualan aset tanah kampus sedangkan di Universitas Udayana dengan kasus penggadaan alkes RS Khusus Pendidikan Penyakit Infeksi dan Pariwisata. Tentu itu hanya beberapa saja dan masih banyak kampus lain di Indonesia yang mengalami kasus serupa.  Termasuk di dalamnya Almamater saya untuk kasus yang menurut KPK merugikan Negara sebesar 85 M.

Dari kasus di Unair ini secara tiba-tiba dan ajaib muncul banyak hakim di sekeliling saya. Utamanya Mahasiswa/Alumni Unair sendiri. Inilah yang saya sayangkan. Sikap dari beberapa senior dan kolega saya yang saya anggapkurang tidak pas. Beberapa di antaranya dengan tanpa rasa simpati sedikit pun merasa bahwa penetapan Prof Fasih sebagai tersangka oleh KPK sudah menunjukkan bahwa Prof fasih melakukan korupsi. Dan seolah memberikan hak bagi mereka untuk melabeli beliau sebagai seorang Koruptor. Pengambilan Konklusi yang terburu-buru.

Di antaranya juga banyak dari mereka yang merasa risih dengan kasus yang terjadi di Almamaternya. Kemudian dengan mengebu-ngebu menyalahkan pihak yang ditersangkakan.

"Sek ta la rek kalem, ayo ngopi sek ben ga salah paham"

Kita harus menyadari bahwa penegakan hukum di Negara kita masih belum sepenuhnya kredibel dan bebas dari kepentingan politik dan turunannya. Sudahlah itu permasalahan lain. Yang jelas atas kesalahan orang lain tidak membuat kita bebas menghakimi seseorang bukan?

Mari lebih kalem dan proporsional kemudian menoleh kebelakang selama beliau mengabdi di Unair. Beliau belajar di Unair yang kemudian mendedikasikan hidupnya mengajar dan mengamalkan ilmunya kembali untuk Unair. Salah satu visi besar beliau ketika memimpin Unair adalah mencanangkan Unair sebagai World Class University. Visi yang jauh kedepan dan perlu kerja keras untuk meraihnya.

Dan apa yang sudah kita kontribusikan untuk Almamter kita?

Perlu kita ingat tidaklah mudah menjadi seorang Pemimpin. Ada banyak tekanan, iming-iming dan banyak orang di sekeliling yang tidak jujur dan ingin menjerumuskan. Belum tentu loh kita yang sekarang penuh idealisme akan mampu menghadapi tantangan kekuasaan suatu saat ketika kita diamanahi memimpin.

Itulah Pemimpin. Berani mengambil resiko atas institusi yang dipimpinnya. Seumpama tidak ikut melakukan pun harus ikut bertanggungjawab atas kekeliruan bawahan. Saya percaya bahwa beliau orang baik yang tidak mempunyai intention untuk merugikan negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun