Mohon tunggu...
Money

Masyarakat Ekonomi ASEAN, Perang Ekonomi dan Budaya Bahasa

12 Februari 2016   09:34 Diperbarui: 12 Februari 2016   20:22 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah reaslisasi dari suatu kesepakatan yang telah dirumuskan oleh para pemimpin negara-negara di ASEAN pada masa lalu,dimana dalam kesepakatan atau perjanjian tersebut akan dibentuk sebuah kawasan pasar terbuka,jadi siapapun mempunyai kesempatan untuk melakukan eksploitasi segala jenis peluang ekonomi yang disediakan dalam kesepakatan yang terealisasi pada tahun ini adapun peluang yang timbul yaitu peluang tenaga kerja dan peluang wirausaha dan peluang usaha UMKM. Ada 10 negara yang sepakat merealisasikan Masyarakat Ekonomi Asean yakni; malaysia,singapura,brunei darussalam,indonesia,thailand,vietnam,myanmar,filipina,laos dan kamboja. Dilihat dari negara-negara yang terlibat dapat kita memperkirakan siapa yang akan menjadi penguasa MEA karna banyak kelebihan yang mereka punya,yang menjadi kelebihan utama yaitu sumber daya manusia yang unggul, yah mereka adalah singapura, malaysia, brunei dan thailand.

 Disini saya tidak memasukan indonesia kedalam kandidat juara karna masih banyak masalah dalam penanganan sumberdaya manusia yang unggul mulai dari buta huruf,pendidikan yang tidak merata serta sistem pendidikan yang berantakan. Permasalahan ini bukanlah hal yang mudah untuk ditanggani bila tidak ada keseriusan pemerintah indonesia dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Sebelum pemerintah indonesia memperbaiki kualitas masyarakat terlebih dahulu pemerintah harus memperbaiki kualitas mereka sendiri serta sistem birokrasi di dalamnya. Kembali ke persoalan yang menjadi penguasa dalam MEA,ini menyangkut pula sosok negara adidaya baru yaitu cina atau tiongkok.

Disini saya mencurigai akan ada keterlibatan atau campur tangan dari negeri tirai bambu ini dikarenakan negara-negara Asean sebelumnya pernah melakukan kerjasama dibidang ekonomi sebelum isu MEA muncul yaitu Asean – China Free Trade Area (ACFTA) ,disinilah peluang politik luar negeri cina beraksi dimana cina  akan berusaha menghasilkan keuntungan bagi negaranya dengan memanfaatkan hubungan yang cukup erat antara cina dan negara-negara Asean . Entah cina berniat mencari jalan yang lebih terbuka buat produk-produk mereka yang memang sudah menjamur dengan alibi ingin membantu negara-negara Asean membentuk pasar yang mampu menyaingi pasar dunia amerika,pasar eropa dan pasar asia timur akan tetapi cinalah yang akan memegang kendali atas MEA. Kita tau kekuatan cina dibidang ekonomi mampu membuat negara-negara didunia pusing,contohnya cina lah yang menjadi salah satu penyebab harga dollar amerika melonjak naik dan ini memberikan dampak bagi negara-negara dunia ke-3 termasuk indonesia dan negara-negara Asean lainnya. Inilah yang perlu dikhawatirkan ketika cina ikut campur tangan dalam MEA, ini bisa memicu perang ekonomi antara cina dan negara dunia pertama maupun negara dunia kedua dan yang menjadi korban adalah negara-negara di Asean jadi,kita semua mesti waspada akan ada embargo dari negara-negara yang mejadi lawan dari cina.

 Masuk dalam dampak MEA kedepan yang akan dialami oleh internal indonesia yaitu jiwa nasionalis kita akan tergerus oleh kapitalisme yang bisa merusak tatanan hidup kita sebagai penerus semangat nasionalisme dari pahlawan kemerdekaan. Inilah yang harus diwaspadai ketika persaingan ekonomi antar negara Asean,bagi siapa yang tidak mampu bersaing maka mereka akan tersapu oleh ombak persaingan sehingga segenap masyarakat akan berusaha mencari jalan untuk memperbaiki ekonomi mereka dan mungkin saja jalan yang mereka tempuh adalah jalan layaknya kaum kapitalis yang hanya mengejar materi tanpa memperdulikan aspek-aspek kehidupan lain termasuk aspek bermasyarakat dan bernegara.

Selain itu dalam persaingan dunia kerja MEA yang terstandarisasi dengan bahasa inggris maka lama kelamaan bahasa indonesia dan sub bahasa indonesia yaitu bahasa-bahasa daerah kita akan lenyap tanpa jejak. Entah bagaimana jadinya bangsa kita ini bila budaya kita yang beragam ini lenyap, bangsa ini akan menjadi bangsa yang lemah,bangsa yang tidak memiliki kepribadian dan bangsa tanpa jati diri. Okelah kalau kita hanya bilang bahasa inggris hanya saat kerja saja tapi inilah yang terpenting,semua orang yang sekolah tujuan utamanya adalah bekerja bila dunia kerja di indonesia dalam MEA mewajibkan bahasa inggris di dalamnya maka secara otomatis dalam kurikulum pendidikan,bahasa inggris akan menjadi pembelajaran wajib dan mengeser bahasa indonesia dalam kurikulum pendidikan.

Semua masalah ini mungkin akan muncul seiring berjalannya waktu dan MEA ada dalam waktu tersebut. Dan yang jadi pertanyaan saya apakah pemerintah sudah memperhitungkan dampak ini? dan apakah kita semua siap menghadapi masalah-masalah yang ditimbulkan MEA? Biarlah waktu yang menjawab dan apa yang saya tuangkan ini adalah hanya sekedar wacana saya saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun