Saya adalah salah seorang guru yang ditugaskan untuk mengisi rapot kelas X tahun ajaran 2013/2014. Rapot ini mulai menerapkan sistem penilaian rapot berbasis kurikulum 2013. Awalnya saya sempat galau dan membayangkan betapa sulitnya mengelola rapot dengan tiga macampenilaian (pengetahuan, keterampilan dan sikap) untuk angka, tiga macam penilaian huruf dan tiga macam penilaian deskripsi.
Kalau dihitung-hitung satu anak bisa memperoleh minimal 10 nilai untuk satu macam pelajaran (termasuk nilai ekskul). Jika sebagai wali kelas kita memiliki minimal 30 orang murid dan satu orang mempelajari 16 mata pelajaran , maka minimal kita menulis : 10 X 30 siswa X 16 pelajaran per orang maka hasilnya sekitar 4800 nilai yang harus dibuat setiap pembagian rapot. Dalam setahun kita menulis empat kali yakni dua kali rapot UTS dan dua kali rapot UAS. Bisa dibayangkan,betapa banyak yang harus dikerjakan oleh seorang wali kelas X jika nilai tersebut dikerjakan secara manual.Oleh karena itu, sangat wajar jika sebagai wali kelas X sebagian besar banyak yang mengeluh dan iri dengan wali kelas XI dan XII yang tidak menggunakan kurikulum 2013 karena mereka hanya memasukan satu model nilai, dan tidak perlu membuat rapot deskripsi. Berikut bisa kita lihat perbandingannya.
Perbandingan Rapot Versi Kurikulum 2013 dengan sebelumnya.
Rapot yangmenggunakan kurikulum 2013
Rapot yang tidak menggunakan kurikulum 2013
Asumsi : setiap kelas memiliki 16 mata pelajaran dan jumlah murid 30)
Penilaian angka:3 macam (pengetahuan, keterampilan dan sikap) serta nilai harus dikonversi dengan skala 1-4 seperti model IPK di perguruan tinggi.
Penilaian Huruf:3 macam, A – D dengan mengacu pada angka yang telah dikonversi tadi.
Penilaian Deskripsi:ditulis dengan menggunakan kalimat panjang yang didalamnya terdiri dari 3 kategori juga.
Nilai ekstra kurikuler : minimal 1 setiap siswa.
Kesimpulan :
Setiap anak ada 3+3+3+1 = 10macam nilai untuk setiap siswa.
Mata pelajaran yang diterima setiap anak = 16 mata pelajaran (misalnya).
Nilai yang ditulis oleh seorang wali kelas = 10X16X30 = 4.800 nilai.
Asumsi : setiap kelas memiliki 16 mata pelajaran dan jumlah murid 30)
Penilaian angka:1 macam saja. Nilai tidak perlu dikonversi ke skala 1-4 tapi skala umum yakni 0 – 100.
Penilaian Huruf: 1 macam. Mengacu pada angka yang diperoleh.
Penilaian Deskripsi: tidak ada.
Nilai ekstra kurikuler : minimal 1 setiap siswa.
Kesimpulan :
Setiap anak ada 1+1+0+1 = 3macam nilai untuk setiap siswa.
Mata pelajaran yang diterima setiap anak = 16 mata pelajaran (misalnya).
Nilai yang ditulis oleh seorang wali kelas = 3X16X30 = 1.440 nilai.
Kurikulum 2013 tidak hanya mewajibkan siswanya harus melek teknologi. Ternyata saya sebagai wali kelas X tahun ajaran 2013/2014 yang mulai menerapkan sistem penilaian rapot berbasis kurikulum 2013 sangat merasa bersyukur karena ternyata ilmu komputer saya semakin bertambah dan saya merasa lebih terbantu dengan microsoft excel yang memberikan berbagai fasilitas rumus-rumus. Ditambah support yang diberikan oleh bagian kurikulum di sekolah saya cukup baik karena beliau memiliki latar belakang guru komputer yang memudahkan guru yang masih awam dengan rapot kurikulum 2013 ini merasa lebih terbantu.
Mengapa Rapot Versi Kurikulum 2013 terasa lebih mudah ?
Kita hanya memerlukan satu format dengan rumus standar. Format hendaklah sudah link dengan ledger sehingga sebagai wali kelas kita tidak perlu kerja dua kali yakni mengisi rapot dan dan ledger. Ledger adalah kumpulan nilai dari setiap mata pelajaran. Ledger tersebut sudah harus memiliki kolom nilai mentah, nilai konversi (skala 1-4), konversi huruf (A-D), nilai pengetahuan, keterampilan, sikap, deskripsi pengetahuan,keterampilan dan sikap. Meskipun terdengar rumit, namun setelah saya praktekkan ternyata prosedurnya jauh lebih efektif dibandingkan rapot sebelum kurikulum 2013 yang serba manual dan tidak otomatis. Yang paling utama adalah kita perlu nilai mentah (atau jika perlu nilai konversi) dari setiap orang guru. Lalu input ke dalam format ledger yang sudah mengandung rumus “IF, HLOOKUP,VLOOKUP, DLL”. Setelah proses input selesai, maka kita bisa link kan dengan format rapot yang mengandung angka dan huruf. Bahkan jika setiap guru sudah melek excel dan diberikan format yang sama dengan rapot yang akan kita input, kita cukup copy dan paste saja.
Untuk rapot deskripsi, kita memerlukan standar kalimat yang diberikan oleh masing-masing guru dan memasukkan kembali ke format rapot standar deskripsi yang juga telah nge-link dengan rapot untuk tiap-tiap siswa. Kendalanya terkadang dalam excel tidak banyak yang mengerti fungsi “wrap” text sehingga deskripsi tidak boleh terlalu banyak cell sebab terkait dengan rumus. Dengan fungsi wrap text ini, deskripsi yang panjang dapat dimasukan dalam satu cell saja. Hal lain yang perlu diingat adalah, format deskripsi dari setiap guru hendaklah seragam sehingga memudahkan kita untuk mengcopynya.
Ternyata, rapot kurikulum 2013 tidaklah sesulit yang kita bayangkan. Dengan kurikulum ini, mengisi rapot terasa lebih mudah dan hemat waktu, bahkan lebih cepat untuk menganalisis kemampuan anak yang paling berprestasi sampai yang paling lemah di kelas lewat fungsi SUM dan SORT. Tentu saja data berasal dari ledger yang kita input tadi. Karena sejatinya fungsi rapot adalah memang sebagai evaluasi dan informasi kepada orang tua mengenai prestasi anak. Meskipun bukan tanpa kelemahan, sebab karena input data adalah manusia, tetap saja rawan dengan kesalahan data dan rumus. Namun setidak-tidaknya, dari segi waktu dan ketepatan analisa, mengisi rapot dengan kurikulum 2013 terasa lebih mudah dari sebelumnya, yang penting kita familiar dalam mengoperasikan komputer, khususnya microsoft excel. Percayalah. Its work!
Penulis adalah salah seorang guru Akuntansi di SMKN 2 Cikarang Barat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H