Mohon tunggu...
Syabar Suwardiman
Syabar Suwardiman Mohon Tunggu... Guru - Bekerjalah dengan sepenuh hatimu

Saya Guru di BBS, lulusan Antrop UNPAD tinggal di Bogor. Mari berbagi pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menikahlah, Tak Pernah Ada Rumus Siap dalam Hidup

9 Februari 2021   12:13 Diperbarui: 9 Februari 2021   12:48 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persiapan Menikah Dokumen Kompas.com

Persiapan menikah bukan sekedar mencari tanggal cantik agar mudah dikenang, tapi persiapan lahir batin untuk hidup bersama seseorang yang akan menemani sepanjang hidup kita.  Buat apa tanggal cantik kalau kemudian pernikahannya bubar, yang ada tanggal itu akan menjadi kenangan buruk.  

Pernikahan adalah momen sakral, semua orang secara ideal berkeinginan hanya satu kali saja menikah. Seperti syair sebuah lagu, "oh menikahlah denganku, oh bahagialah selamanya".

Dalam sebuah ikatan pernikahan sebenarnya terjadi interseksi yang rumit sekali. Pernikahan sesuku, seagama, kelas sosial yang sama saja sudah rumit apalagi pernikahan berbeda suku, beda agama, beda kelas sosial, berbeda kewarganegaraan.  Rumit bukan berarti sulit, dengan cinta harusnya dapat terurai semua kesulitan itu.

Contoh nyata dalam lingkungan keluarga Indonesia, saat lebaran saja, mudik harus bergantian di keluarga suami atau istri dulu yang dikunjungi. Masih mending satu kota, coba beda kota, beda pulau, apa tidak puyeng.  Itu juga bisa mudik kalau ada biaya, kalau tidak ada hanya ucapan salam saja dari jauh. Itu baru momen lebaran.

Padahal Indonesia kan warganya senang hajatan, hajatan pernikahan, hajatan sunatan, peringatan kematian. Ah jangan dibayangkan nikmati saja prosesnya, nanti juga ada rejekinya.  Nikah dulu, itu kan proses.

Dalam lingkup kecil pernikahan menyatukan dua pribadi yang berbeda, ini saja sudah rumit.  Oleh karena itu kunci utama persiapan pernikahan adalah keikhlasan untuk menerima berbagai kekurangan calon pasangan kita.  Ini sulit, karena meskipun ada yang sudah melewati proses panjang pacaran tetap saja tidak menutup kemungkinan ada hal yang justru muncul saat sudah menikah.

Contoh kecil, saat setelah mandi sabun mandinya tidak dibilas sehingga masih ada busanya, atau ada bulu yang menempel.  Hanya memakai handuk saat keluar kamar mandi.  Itu akan menjadi persoalan apalagi ketika tinggal di rumah mertua.  

Persiapan yang harus dilakukan

  1. Kuatkan niat yang tulus dan matang, ingat pasangan kita adalah pribadi yang telah jadi, hasil tenunan orang tuanya, terimalah ia dengan segala kekurangannya yang justru pelengkap dari kekurangan diri kita.  Dipikir ulang agar benar-benar matang, tepatkah dia sebagai pasangan, jangan ragu untuk tidak melanjutkan hubungan ketika dalam perjalanan perkenalan hanya menjadi toksik hidup kita.  Cerita ini masih hangat dalam ingatan saya ketika seorang teman memutuskan untuk tidak melanjutkan pernikahan putrinya.  Sesudah menerima lamaran, tanpa sengaja teman saya melihat putrinya mengalami "kekerasan".  Ia langsung turun tangan dan memutuskan tidak melanjutkan ke jenjang pernikahan.  "Untung saya lihat dan masih hidup, apa jadinya ketika hal itu terjadi ketika saya tidak ada".  Begitu kata teman saya.
  2. Punya komitmen untuk memperbaiki perilaku karena bertambahnya tanggung jawab.  Perempuan akan menjadi ibu, majelis pertama bagi anak-anaknya.  laki-laki akan menjadi ayah sumber segala ketenteraman keluarga.  Bagi anak laki-laki ayah contoh sosok yang pantang menyerah, bagi anak perempuan ayah adalah sosok cinta pertamanya karena perlakuan pada ibunya.
  3. Kemampuan mengelola emosi, pasangan kita akan menjadi teman sekasur, sedapur dan sesumur, pasti akan ada konflik sekecil apapun.  Selesaikan dengan kepala dingin, api tidak mungkin dilawan api.  Umar bin Khatab yang begitu gagahnya sebagai Khalifah, jika berhadapan dengan omelan istrinya memilih diam.  Istriku yang melahirkan anak-anakku, pekerjaannya tidak pernah berhenti.
  4. Tingkatkan terus kemampuan berkomunikasi, jangan ada yang ditutupi.  Sesudah menikah suami adalah selimut bagi istrinya, istri adalah selimut bagi suaminya. Saling menjaga kehormatan masing-masing.  Selama bukan hal prinsip yang melanggar pernikahan, terus kelola rumah tangga dengan sebaik mungkin.  Ini perlu komitmen.
  5. Mau terus belajar, kehidupan adalah universitas paling luas, pernikahan adalah tempat belajar sepanjang masa.  Ilmu akan didapat dengan kerendahan hati.  Suami istri harus mau belajar, bagaimana menjadi suami yang baik, ayah yang baik.  Istri bagaimana menjadi istri yang baik, ibu yang baik.  Semua ada ilmunya.  

Itulah beberapa tips persiapan mental dan tekad ketika akan memasuki pernikahan.  Namun ada yang lebih krusial lagi yang sejak awal harus berani mempersiapkan diri dengan isu-isu sensitif dalam pernikahan, apa saja:

  • mertua, dalam banyak kasus pernikahan banyak yang tidak akur antara mertua perempuan dengan menantunya.  Bicarakan secara terbuka dengan calon pasangan kita.  Ibu adalah ibu yang tempatnya tidak tergantikan.  Jangan sampai terjadi persaingan tidak sehat antara mertua dan menantu.
  • anak,  punya anak harus direncanakan dengan sangat matang, tidak hanya jumlah tetapi kemampuan untuk mengasuhnya dengan baik, apalagi jika keduanya bekerja.  
  • pekerjaan dan keuangan, menyangkut stabilitas ekonomi keluarga.  Banyak belajar mengelola keuangan atau tepatnya belajar finasial.  Tinggalkan sifat boros saat masih lajang.  

Perwujudan terbaik dari semua itu, saya akan selalu ingat pesan Guru saya, setelah menikah harus berani memerdekakan diri dari negara induk (mertua indah), meskipun kita harus ngontrak rumah.  Dengan sikap ini kita akan mengurangi risiko konflik, yang termasuk isu sensitif tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun