Mohon tunggu...
Syabar Suwardiman
Syabar Suwardiman Mohon Tunggu... Guru - Bekerjalah dengan sepenuh hatimu

Saya Guru di BBS, lulusan Antrop UNPAD tinggal di Bogor. Mari berbagi pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menakar Masalah Pembelajaran di Masa Pandemi Covid 19

19 Agustus 2020   04:35 Diperbarui: 19 Agustus 2020   07:46 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Untuk melihat karakter asli seseorang, salah satunya adalah saat mendapatkan tekanan atau musibah.  Siapa yang hanya berusaha menyelamatkan dirinya atau masih sempat berpikir untuk menyelamatkan orang lain.  Kenyataan ini penulis alami sendiri.  Sehabis kuliah lapangan mengunjungi situs purba Sangiran Jawa Tengah, kami rombongan mahasiswa mengalami kecelakaan bus terguling di daerah Majenang Cilacap.  Setelah mengalami beberapa kali gulingan , bagian kiri bus berada di bagian atas dengan dan beberapa jendela kaca sudah dalam keadaan pecah berantakan. 

Alhamdulillah kami selamat, beberapa mengalami luka ringan sampai sedang, luka cukup serius dialami salah seorang dosen pembimbing.  Berkali-kali kami juga mengucapkan syukur karena tergulingnya di sawah seandainya 2 km lagi tergulingnya, kiri kanannya sudah daerah jurang, ceritanya jadi lain.  Penulis sendiri bersyukur saat itu memakai jaket parasut ala militer, yang saat ini kembali menjadi tren yaitu model jaket bomber.  Pecahan kaca menempel hampir di sebagian besar jaket yang dikenakan.  Begitulah kuasa Allah melindungi hambaNya.

Kejadiannya jam 1 dini hari, sebagian sedang terlelap tidur.  Kelelahan seharian di Sangiran, kemudian singgah di Yogya untuk sekedar jalan-jalan di Malioboro, langsung pulang menuju Bandung lewat jalur selatan.  Saat bus dalam proses berguling itulah dan kemudian berhenti, dalam keadaan masih setengah sadar, bermacam teriakan dari para penumpang bersahutan.  Ada yang berteriak menyebut kebesaran Allah, takbir.  Ada yang teriak kehilangan oleh-oleh karena berserakan.  Ada yang berteriak karena luka di wajahnya,  yang sesudah diperiksa tidak terlalu dalam lukanya,  tetapi karena lukanya di sekitar wajah teman perempuan ini panik takut ada apa-apa dengan wajahnya.  Maklum perempuan.  Begitulah teriakan-teriakan itu menggambarkan karakter kita sebagai manusia.  Kecemasan atau memori terakhir yang diingat sesaat sebelum mengalami musibah kecelakan.  Lalu apa hubungannya dengan kondisi pandemi saat ini?  Hubungannya dengan pembelajaran?

Musibah Pandemi Covid 19 pada Dunia Pendidikan

                Jika diibaratkan dengan kecelakaan bus tadi, Pandemi Covid 19 ini adalah musibah dengan derajat yang berbeda, tetapi secara hakekat menampilkan karakter asli seseorang. Dalam konteks dunia pendidikan kita akan bisa melihat karakter asli orang tua, siswa dan guru serta para pemangku kepentingan lainnya di lingkungan pendidikan.  Di sinilah kita bisa melihat karakter asli dari seseorang.  Apakah dia hanya menyelamatkan dirinya sendiri dengan menuntut yang menjadi haknya atau saling menguatkan karena musibah ini menimpa semuanya.  Kalau berupa kebijakan apakah kebijakan bersifat empati atau masih tetap mempertahankan haknya untuk mendapat keuntungan?  Inilah hakekat musibah.  Kita akan mengetahui sahabat sejati, kita akan mengetahui siapa yang memiliki empati. 

                Saat dalam tekanan atau musibah, orang dengan mudah terkena penyakit rasa sensitivitas yang tinggi atau baperan kata anak sekarang.  Saat ini keadaan itu sedang berlangsung.

Kendala Utama Pembelajaran di Masa Pandemi

                Menurut penulis setidaknya ada 3 kendala utama dalam pelaksanaan pembelajaran di masa pandemi Covid 19, yaitu :

  • Kendala jaringan, untuk daerah pelosok secara eksplisit memang sudah dinyatakan bahwa membangun infrastruktur terkendala biaya yang sangat mahal, sehingga banyak daerah belum memiliki jaringan internet.  Untuk daerah perkotaan jaringan internet sangat bagus tapi kendala utamanya adalah kemampuan untuk membeli kuota internet pada sebagian masyarakat miskin perkotaan.  Apalagi dengan pandemi maka penduduk miskin secara statistik bertambah.  Inilah justru krisis besarnya.
  • Kapasitas orang tua dalam mendampingi anak-anaknya, tidak semua orang tua memiliki kapasitas yang sama.  Baik waktu, kemampuan pedagogis, kemampuan memahami materi pembelajaran dan hal lainnya lagi. 
  • Kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran jarak jauh, berdasarkan data dari Kemendikbud usia guru yang berusia di atas 40 tahun ke atas mencapai 50 persen lebih.  Data  ini berkaitan dengan penguasaan teknologi informasi sebagai basis utama pembelajaran jarak jauh.

Dari tiga masalah utama inilah timbul turunan masalah lainnya, terutama sikap orang tua terhadap kondisi saat ini.

Permasalahan-permasalahan yang timbul

Permasalahan orang tua:

  • Keluhan orang tua tentang biaya kuota internet yang sangat besar, apalagi jika memiliki lebih dari satu anak yang sedang belajar
  • Keluhan karena tidak memiliki sarana belajar yang memadai seperti smartphone, laptop ataupun komputer
  • Menjadi sensitif dengan segala jenis pembayaran pembiayaan sekolah, terutama pada sekolah swasta
  • Keluhan lelahnya mendampingi anak belajar, apalagi orang tua yang tidak memiliki kapasitas baik waktu maupun keilmuan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun