[caption id="attachment_129812" align="aligncenter" width="300" caption="image from google"][/caption]
Hari sabtu lalu, saat ikut Seminar BACA KILAT di Gedung Jakarta Desain Center, saya berjumpa dengan salah seorang peserta yang berusia sekitar 65 tahun. Setelah saling berkenalan, saya pun berbincang cukup lama dengan pria keturunan Tionghoa ini. Satu hal yang paling menarik dari perbincangan saya dengan Bapak ini adalah seputar kegemarannya membaca buku-buku tasawwuf/mistisisme Islam. Ketertarikan saya bukan tanpa alasan, sebab saya juga penikmat buku-buku dan kajian tasawwuf bahkan sedang belajar mengamalkan salah satu tarekat yang berpusat di Ponpes Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat. Bahkan yang cukup mengherankan, Si Bapak pun rutin sebulan sekali ikut pengajian tasawwuf di Jakarta yang dipimpin oleh salah seorang praktisi tasawwuf dan penulis buku terkenal di negeri ini. Ketika saya tanya apa alasannya gemar membaca buku-buku tasawwuf bahkan ikut aktif dalam kajianny? Dia menjawab bahwa dirinya menemukan ketetraman jiwa dengan tasawwuf. Dan satu lagi yang sempat membuat saya kaget, ternyata si Bapak adalah non muslim. Saya jadi teringat salah satu buku yang berjudul "Tasawwuf Mendamaikan Dunia". Subhanallah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H