Mohon tunggu...
Rawinah Ranarty
Rawinah Ranarty Mohon Tunggu... -

A mast qalandar. Sedang berkunjung ke bumi. Make up artist, facial meridian, les privat massage, praktisi neo zen reiki, acupuncturist, writer. Line: nina.ranarty Blog: guruntala.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemberontak yang Sukses

5 Juli 2012   12:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:16 1885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya terkesan dengan sosialita pada Kompas Minggu 1 Juli 2012, Putri Purnama Dewi Ivo Ambri. Dewi Ivo menarik bukan saja karena dia wanita cantik bersepatu Christian Louboutin namun karena dia seorang pemberontak yang sukses.

Saat masih kelas 2 SMA di Singapura, Dewi kabur 3 bulan dari rumah. Dia bekerja jaga loket tiket feri, tiga jam tiap hari hingga tamat SMA.

Lepas SMA, Dewi menolak tawaran kuliah di Swiss dari sang ayah, Supli Ambri, karena dia tergila-gila main jet ski di Jakarta. Konsekuensinya Dewi harus membiayai hidupnya sendiri. Mulai dari bekerja sebagai pegawai humas di kafe, merangkap agen penjual asuransi sekaligus kuliah diploma kehumasan di London School of PR Jakarta.

Pada usia muda, 35 tahun, Dewi sudah membangun dan menjalankan perusahaan properti PT Semaya Nusa. Sebelumnya Dewi telah malang melintang bekerja sebagai Manajer PR dan Direktur Pemasaran beberapa perusahaan.

Hebat ya orang tua Dewi Ivo. Tidak memaksa anaknya untuk kuliah di Swiss atau memaksa anaknya untuk kuliah “agar-seperti-anak-lain”. Saya teringat dengan seorang Ibu yang tidak rela anaknya menentukan jalan hidupnya sendiri. Anaknya dikurung di kamar lalu dibawa ke seorang hipnoterapis yang kurang etika. Hasilnya, anaknya patuh total pada orang tua. Mungkin si Ibu ini perlu membaca buku Paulo Coelho, Veronica Memutuskan Mati.

Walaupun pemberontak, Dewi Ivo bangga membawa nama ibunya, Ivo Nilakreshna. Dewi meneladani Ibunya yang giat berusaha, pemaaf, tidak pernah mendendam, mengutamakan silaturahim, dan gigih menjalani hidup.

Dari sang ayah, Supli Ambri, Dewi belajar tentang komitmen melakoni pekerjaan. “Ayah selalu mengatakan, bekerja itu mesti jujur, jangan makan hak orang lain.”

Meski kedua orangtuanya berpisah, Dewi menyaksikan mereka menjadi dua orang yang bersahabat.

Orang tua yang hebat menghasilkan anak yang hebat.

Saya teringat dengan seorang pemberontak yang lain, Miranda Risang Ayu. Saya membaca tulisan Miranda pada buku “Mencari Islam” yang diterbitkan oleh Penerbit Mizan. Miranda saat itu seorang mahasiswi yang galau mencari jati diri, menjadi aktivis dan memutuskan untuk pindah agama. Ayahnya, Adrian Palar mempersilakan Miranda keluar dari rumah untuk hidup sesuai dengan keinginannya.

Tidak mudah membiayai hidup sendiri sambil kuliah. Namun Miranda membuktikan bahwa dia bisa lulus dari Fakultas Hukum Unpad, dan saat ini telah menjadi dosen fakultas hukum berprestasi. Miranda juga seorang penulis yang telah menerbitkan beberapa buku, seorang kolumnis dan seorang guru tari.

Saya kagum dengan orangtua Miranda, Adrian Palar dan Runi Palar. Ketika Miranda “tak-terkendali” sebagai aktivis mahasiswi yang galau, orangtuanya tidak menyekap Miranda dalam rumah untuk mematuhi keinginan orang-tuanya. Dengan mengusir putri kebanggaannya, Adrian telah membuat Miranda kuat dan gigih dalam hidup. Dan seiring dengan bertambahnya usia dan kearifan, hubungan Miranda dan orang-tuanya baik kembali.

Keberhasilan seseorang tentu tidak semata-mata karena dia seorang pemberontak, namun karena mereka tahu apa yang mereka mau. Mereka punya kehendak yang kuat (will power), pengetahuan (knowledge & skill) dan kerja keras (hard work).

Dewi Ivo dan Miranda punya knowledge dan skill yang bagus. Mereka mendapat pendidikan dasar yang bagus dari orangtuanya. Dewi sekolah dasar hingga SMA di Singapore, pastinya dia fasih berbahasa Inggiris. Miranda juga mendapatkan pendidikan dasar yang baik sebagaimana halnya anak dari kalangan menengah. Sejak kecil Miranda sudah dibawa ke sanggar tari oleh ibunya. Saat liburan, Miranda dikirim ke sanggar tari terkenal di Yogyakarta dan Ubud Bali. Pada usia muda Miranda sudah menjadi penari profesional dan penulis berbakat.

Will power, knowledge & skill, hard work menjadikan seorang pemberontak sukses, bukan gelar dan kepatuhan membabibuta. Bill Gates, Mark Zuckerberg, Steve Jobs tidak dilarang orangtuanya untuk drop out dari universitas bergengsi. Mungkin kepatuhan total pada orangtua perlu dipertimbangkan kembali. Walau rata-rata orangtua menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Terimakasih

Namaste _/l_

Tulisan ini juga dipublikasikan di blog saya www.rawinah-ranarty.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun