Mohon tunggu...
Muhammad Hendra
Muhammad Hendra Mohon Tunggu... lainnya -

...hanya orang biasa...bukan siapa-siapa...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Saya Baru tapi Tidak Bisa Menulis

22 Januari 2010   15:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:19 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dipusingkan dengan tema2 kompasiana yang ditulis oleh penulis2 yang benar2 berbakat dalam menganalisa suatu bidang permasalahan, seperti Dina Y. Sulaeman , Anies Septivirawa,Babeh_helmi (yang kayaknya masih berperan sebagai wartawan dunia gaib), Nocky Sakti, Umar Hapsoro, minami dan lain sebagainya.Namun walau merasa dipusingkan saya merasa begitu banyak wawasan dan tambahan pandangan dari sudut pandang yang berbeda.

Tulisan Minami tentang “Berapa Hutang Indonesia” dan “Kalau Koruptor Digantung, Bagaimana Nasib Partai-partai Ini?” dan tulisan lainnya, turut menambah khasanah saya dalam melakukan sistematika dalam melakukan suatu pemaparan tulisan. Pembukaan yang jelas sebelum masuk dalam inti permasalahan, melakukan riset melalui kata yang sedang dijelaskan melalui pendekatan defisional ala minami, dan mengumpulkan berbagai macam sumber tulisan yang dapat menjadi bekal yang menguatkan opininya (walau saat ini saya ga paham gmn caranya dia ngumpulin sumber bacaan yang begitu komprehensif sesuai dengan tema artikelnya) .

Tulisan dengan gaya Bp. Usman hasan yang mengambil sudut pandang pribadi namun berkesan merupakan suatu bentuk rangkaian artikel yang mengasikkan untuk disimak karena mengedepankan segi humanis dalam tiap penjelasan, tulisan beliau menunjukkan kedewasaan dalam menyikapi berbagai permasalahan yang cukup kompleks namun disederhanakan menjadi rangkaian cerita yang menerangkan.

Tulisan Mba Della Anna (klo tidak salah panggil) yang walau masih pemula dari segi kuantitas namun berkualitas mampu menginspirasi saya dalam perenungan sehingga menghasilkan sebuah tulisan harapan dari saya, makasih mba Della, atau tulisan dari Mas Irfan Tamwifi yang benar2 sesuai dengan praktek keseharian yang tentunya sering ditemui saat ini dalam menyikapi lunturnya Nasionalisme, kembali menyadarkan penggemar kompasiana untuk terus bercermin untuk kebangkitan negeri dari hal kecil yang dijelaskan.

Atau tulisan Mba Dina Y. Suleman, seorang pengamat Timur Tengah yang menelorkan tulisan yang begitu mengagumkan benar2 membuka wawasan tentang cara pandang beliau tentang konflik dan misbalancing informasi media, sehingga benar2 menambah kebijaksanaan dalam menimbang suatu permasalahan, dan mempersepsikan suatu pandangan atas dasar informasi yang diterima (walau tulisannya kadang saya update lewat RSS Blognya langsung or dari FB bukan Kompasiana)

Dan tulisan dari rekan2 lainnya (maaf tidak sempat baca dikarenakan anggaran IT Indonesia yang benar2 terbatas sehingga menyebabkan koneksi jaringan Internet saya juga benar2 sering RTO)

Pada awalnya sebelum terjun ke kompasiana, dan turut ikut2an menulis opini sendiri, saya benar2 pesimis saat mengamati “para penulis” kompasiana yang menurut saya sangat berbakat. Saya yang benar2 tidak punya latar belakang sebagai seorang jurnalis walau cuman sekedar citizen jurnalisme merasa minder dalam menuliskan pemikiran. Analisa tajam dan mendalam seperti gaya tulisan Minami, Dina Y. Sulaeman dan para penulis lain benar2 membuat saya mudeng, sangat mengagumkan, dengan berbagai sumber tulisan menjadikan tiap tulisannya benar2 meyakinkan.

Sebagaimana asumsi beberapa kalangan yang mengatakan “Pahlawan dilahirkan bukan dibentuk”, menjadikan sikap saya dalam menyampaikan opini seakan semakin berkurang. Namun setelah membaca sebuah buku yang menceritakan sisi kehidupan Adam smith Bapak Kapitalisme dan Pasar Bebas, memberikan sedikit pencerahan kepada saya bahwa tokoh sekaliber Adam Smith pun dipengaruhi oleh berbagai literatur dalam tiap pemikirannya. Pemikiran filsafat yang ditengarai dipengarauhi oleh Plato dan Aristoteles dan Invisible Hand yang dibentuk oleh Bernard Mandveille dalam karya The Fable of the Bees sampai dengan pemikiran kenegaraan yang dipengaruhi oleh Benjamin Franklin serta tokoh2 pra-adam lainnya menunjukkan bahwa, suatu karya yang ditelorkan bukanlah hasil dari pemikiran individu semata, ada proses didalamnya yang memberikan arahan.

Voltaire dengan karya pertama Lettres philosophiques yang lazimnya disebut Letters on the English turut dipengaruhi oleh Shakespeare, salah seorang pahlawan penggagas pembebasan prancis yang berjuang melalui karyanya “ditempa” melalui proses panjang dalam lingkungannya, karya2 besarnya tidak serta merta dilahirkan tanpa usaha, perlu proses panjang dan pembelajaran mendalam memperjuangkan opini dan pemikiran extremis tentang liberalisme ditengah kekuasan monarchism tersebut, berbagai pemikiran tersebut hanya butiran pasir diantara tokoh kenamaan lainnya.

Akhir kepada para penulis yang masih cangggung mari kita tulis sebuah pemikiran orisinal, walaupun tak setenar Mariska Lubis, Andy Syoekry Amal, Faisal Basri atau Maharsi, tunjukkan opini anda, pendapat anda maupun solusi anda terhadap berbagai permasalahan, terus belajar, dan pertahankan argumen anda dengan sehat.

Tulisan ini diharapkan dapat memberikan amunisi tambahan bagi para kompasiana pemula lain dalammeningkatkan kemauan dan karya dalammenyampaikan opini di ajang “pasar bebas” kompasiana ini. Tiap individu memiliki cara pandang yang berbeda dalam melihat suatu permasalahan dan tiap pemikiran pasti akan memperkaya pemikiran lainnya, Teruskan menulis dan terapkan untuk kemajuan.

Seperti salah satu pandangan dari teman saya dalam mengatasi pengangguran :

Ingin mendapatkan Rp 50.000 perhari dari Sprite..?!! Caranya gampang, kumpulkan tutup botol sprite, paku, dan sebilah kayu, berikan sedikit sensasi dengan mengalungkan dan memegang koleksi tutup botol sprite anda, tunjukkan semangat baru anda dengandadasetengah telanjang Goyangkan diperempatan jalan sambil bernyanyi.

Benar2 pemikiran yang sangat brilian dan pragmatis saat membaca solusinya ;)

Note :

Cara ini hanya dianjurkan bagi kalangan penganut Laissez Fairenya Adam Smith bukan buat kalangan Hawa…karena bukan 50.000 yang mungkin didapat namun sebuah tendangan atas goyangan.

Jika ada nama Kompasianer yang tidak berkenan ditulis di artikel sederhana ini ditampilkan saya minta maaf karena hanya sebagai penggugah ketenaran.

<img src="http://2fm.rte.ie/blogs/colm_jim_jims_blogggggg/spongebob.jpg"> </img>

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun