Mohon tunggu...
Edy Santosa
Edy Santosa Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Guru ndesa, sederhana, suka menulis prosa daripada puisi, suka humor, senang berbagi (terutama berbagi kesusahan), ingin terus belajar dan belajar ( kapan pandainya?). Hehehe.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Valentinsiana] Gelora Asmara

16 Februari 2014   04:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:47 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh: Fitria Ningsih dan Edy Santosa

pada bintang kuceritakan

pada lembaran tabularasa kutuliskan

tentang rasa dalam bingkai lukisan alam

lukisan dua insan dengan pelangi keindahan

berawal dari singkatnya pertemuan

dalam nuraniku dia tinggalkan jutaan kesan

tentang sosoknya yang gagah nan penuh kewibawaan

pada surya kumengadu

dia pancarkan lentera yang membuatku silau

teringat senyumnya mampu memacu detak jantungku

menggetarkan nuraniku yang sempat membeku

mampu menghapus memori masa laluku

pahitnya memori yang sempat menghantuiku

memori tentang adam yang mengobral janji palsu

janji yang teringkari karena dia telah menemukan pengganti diri ini

mulai saat itu kumenutup hati

kubenci pada semua adam yang coba mendekati

kubencimanisnya rayuan adam pengobral janji

pada bongkahan batu kupahatkan

aksara cinta yang menggelora

kehadirannya mampu membuka tertutupnya pintu asmara

memori getir masa lalu yang pernah ada

terkikis karena pertemuanku dengannya

sosok adam yang bijaksana

dari pertemuan singkat berlanjut rindu berbalut syahwat

ohh…. sungguh wibawanya begitu memikat

hingga kuterbayang dia jadi pendampingku dunia akhirat

segera kutepis syahwat cinta yang menggelora

karena aku tak mau mendapat laknat-Nya

pada Tuhan penguasa jagat raya

kusampaikan tentang kerinduanku pada sosok adam yang bijaksana

aku ingin menjadi pendampingnya

memadu kasih dalam ikatan halalnya cinta

bukan hanya ikatan cinta dengan janji palsu belaka

kuingin ikrarkan janji suci dengannya di depan saksi dan penghulu

di hadapan ridho orang tua dan Tuhanku

pada senja kutitip rindu

esok pagi ku ingin kembali bertemu

sekedar menatap cinta dari sepasang bola matanya

yang sendu malu-malu

dan kudengar hatinya berkata:

sabarlah dinda

tak lama lagi kita akan bersatu

arungi gelombang kehidupan dalam satu

bahtera dari balutan dua hati kita

melintas antar nusa penuh angkara

menuju pulau surga-Nya

sabarlah dinda

saat itu pasti kan tiba

kita bersama

menjadi ratu dan raja

diantara anak-anak kita

Trenggalek-Tulungagung, 13 & 15 Februari 2014 02:03

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community: Inilah Perhelatan & Hasil Karya Peserta Fiksi Valentine dan Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun