Pertanyaan seperti pertanyaan mana yang lebih dulu, telur atau ayam? Belum saya dapati sebuah penelitian mengenai hal ini, mungkin anda menemukanya?Kali ini saya akan mengangkat tema apakah bahasa mempengaruhi karakter sebuah bangsa, terutama bahasa Indonesia jika di banding dengan bahasa inggris.
Ada beberapa catatan penting , pertama kalau kita cermati masyarakat Indonesia sering melakukan tawuran antar warga hanya masalah sepele. Kedua, masyarakat kita mudah terpancing emosinya dan melemparkan kesalahan kepada pihak lain.
Pernahkah anda mendengar tawuran antar warga di Negara-negar barat? “ bukan berarti saya memuji negeri barat” Sebagai guru bahasa inggris ternyata saya mendapati ada perbedaan mendasar antara bahasa Indonesia dan bahasa inggris.
Di dalam bahasa inggris ketika anda sedang memasak dan mengiris sayuran kemudian jari anda berdarah anda akan berkata “ I cut my finger” Sebaliknya di dalam bahasa Indonesia anda akan mengucapkan “ aduh, jariku teriris pisau” dari kedua bentuk expresi kalimat di atas bisa ditarik kesimpulan sebagai berikut:
·Bahasa Inggris : I cut my finger, dalam kalimat ini subjectnya adalah I ( saya) berarti andalah yang menyebabkan tangan anda terluka bukan pisau.
·Bahasa Indonesia : Aduh, jariku teriris pisau, pelaku si kalimat ini adalah pisau bukan anda. Apakah benar pisau yang melukai tangan anda atau anda yang menggerakan pisau itu sehingga tangan anda terluka. Pisau hanyalah benda mati, berarti seharusnya yang menjadi tertuduh adalah anda sendiri yang menggerakan pisau itu. Kenapa anda bisa terluka? mungkin anda tidak berhati –hati ketika mengiris sayuran.
Dari pola kalimat yang seperti di atas, mungkinkah bahasa Indonesia mempengaruhi karakter dan pola piker masyarakat Indonesia yang suka menuduh orang lain melakukan kesalahan. Masyarakat yang susah untuk mengakui kesalahan dirinya sendiri. Sehingga hal sepele hanya saling tatap atau keserempet sepeda onthel bisa menyebabkan tawuran antar warga.Wallohu a’lam.
Jika memang demikian keadaanya, pemangku negeri ini terutama departemen pendidikan harus merumuskan pola kalimat yang tidak menuduh pihak lain yang tidak bersalah sebagai tersangka. Perubahan itu harus disosialikan melalui pelajaran bahasa Indonesia dan disampaikan ke sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi di seluruh Indonesia, sehingga akan menghasilkan masyarakat yang mudah mengakui kesalahan diri daripada menyalahkan orang lain.
Berikut beberapa kalimat yang sering kita ucapkan yang saya nilai bermasalah karena kalimat tersebut menuduh pihak lain yang tidak bersalah atau mungkin tidak bersalah
1.Kakiku tersandung batu.
2.Kepalaku kejedot pintu.
3.Jariku tertusuk jarum.
4.Tanganku kejepit pintu.
5.Tanganku kebakar.
6.Kakiku tertusuk duri.
7.Lidahku kegigit.
8.Bajuku kesiram air.
9.Sepedaku kecebur di got.
10.Vas bunga itu kesenggol dan pecah
11.Dan masih banyak lagi.
Kalimat -kalimat yang menyiratkan arti menuduh pihak lain sebagai pelakudiatas ternyata banyak. Pada kalimat “ Vas bunga itu kesenggol dan pecah”Dalam kalimat ini bisa si pelaku yang bicara demikian tetapi dia tidak mengakui kalau dia yang menyenggol atau menyembunyikan diri kalau dia yang menyenggol. Coba kalau dia berkata” Saya menyenggol vas itu dan pecah” Tentu masalah tidak berkepanjangan. Coba bayangkan kalau ada seorang yang tertabrak motor kemudian si penabrak bilang, “ Maaf, Dia ketabrak motor, mari kita bantu”dengan kalimat ini orang –orang tentu akan marah karena si pelaku tidak mau mengakui kalau dirinya yang menabrak, coba kalau dia bilang, “ Maaf, saya menabrak dia, mari kita bantu” . Bentuk kalimat kedua saya kira merupakan bentuk kalimat yang lebih bertanggung jawab.
Apakah bahasa mempengaruhi karakter bangsa atau sebaliknya? Silahkan anda jawab sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H