Saya merupakan guru Biologi di SMA Yadika Natar, kabupaten Lampung Selatan. Selama saya mengajar Biologi di sekolah ini, saya meyakini bahwa minat belajar siswa sangat rendah. Terutama pada materi pelajaran berbau Sains, banyak anak-anak yang secara nilai kurang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Setiap ujian, hasil belajar siswa pun rendah. Bukan sesuatu hal yang aneh jika sesuai ujian pasti aka ada kegiatan remedial bagi siswa yang belum tuntas KKM.
Saya sebagai guru merasa bahwa mungkin ada semacam faktor tertentu yang menyebabkan minat belajar siswa rendah dan berpotensi hasil belajarnya pun bisa rendah. Karena jika minat belajar siswa rendah otomatis akan berpengaruh terhadap motivasi dan hasil belajar mereka ke depannya.
Faktor-faktor penyebab rendahnya minat belajar siswa bisa dari motivasi belajar siswa rendah, gaya penyampaian materi pelajaran oleh guru yang monoton, guru tidak menggunakan model pembelajaran abad ke-21 saat mengajar di kelas, guru yang terlalu kaku dan kurang bersahabat dengan siswa, penggunaan media belajar yang tidak sesuai dengan karakteristik peserta didik (siswa), dan masih banyak faktor lainnya yang terlibat.
Akibat dari rendahnya minat belajar siswa tentu saja menjadi beban berat bagi saya sebagai guru untuk terus berinovasi menciptakan atmosfer pembelajaran di kelas yang lebih menarik. Â Rendahnya minat belajar siswa juga bisa berakibat fatal bagi siswa itu sendiri. Saya melihat siswa-siswa yang memiliki minat belajarnya rendah tentu yang pertama pastinya nilai mereka banyak yang tidak memenuhi KKM. Selain itu, kecenderungan mereka untuk malas belajar, sering tidak masuk sekolah (membolos), tidak tertarik dengan upaya guru saat menerangkan materi di depan kelas, siswa sering terlambat mengumpulkan tugas-tugas dari guru di sekolah, tidak menggubris saat guru menyampaikan materi pembelajaran, serta ada siswa yang sampai tidak menyukai metode belajar yang diterapkan gurunya sendiri.
Rendahnya minat belajar siswa yang pernah saya alami di atas bukan berarti 100% saya sebagai guru salah dalam mendidik anak di sekolah. Masih banyak faktor lain yang perlu saya gali dan pelajari. Sehingga nantinya akan diperoleh solusi demi kebaikan saya sebagai guru dan juga siswa sebagai pemimpin masa depan bangsa.
Nah, semenjak sekolah saya menerapkan Kurikulum Merdeka beberapa tahun lalu, maka progres peningkatan minat dan hasil belajar siswa cenderung meningkat. Ini saya yakini terjadi karena selama pembelajaran guru sudah menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, jadi siswa bisa mengerjakan tugas atau proyek dari guru berdasarkan minat mereka masing-masing. Tugas untuk siswa berbasis proyek ini sangat bagus diterapkan bagi sekolah-sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka. Saya sebagai guru selama ini sudah mulai menerapkan tugas terstruktur untuk siswa dengan melibatkan tugas-tugas proyek.
Dengan cara belajar seperti ini (pembelajaran berdiferensiasi) maka siswa bisa merdeka belajar, mereka bisa langsung mengeksplorasi minat dan bakatnya secara langsung, sehingga mereka bisa menghargai dirinya sendiri. Sebagai contoh, ada siswa yang di kelas Biologi, saat saya mengajar suka dengan gaya belajar berbasis audio-visual, maka saya memberikan tugas siswa tersebut dengan membuat video. Ada juga siswa yang minatnya menyanyi, maka saya menyuruh siswa itu untuk menyanyikan materi-materi pelajaran yang ia baca/resume. Ada juga siswa saya yang minatnya praktik langsung, maka saya wadahi dengan langsung belajar dan praktikum di laboratorium biologi. Dan masih banyak lagi siswa-siswa saya di sekolah yang punya minat dan bakat beragam, unik dan estetik.
Selain penerapan pembelajaran berdiferensiasi di atas, saya juga menerapkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dari mata pelajaran yang saya ampuh yakni Biologi.
Pada salah satu materi pelajaran Biologi kelas 10, saya mengajak anak-anak untuk membuat suatu kegiatan proyek yang nantinya bisa dipamerkan saat mereka bagi rapor, bahkan hasil karyanya bisa dijual di lingkungan sekolah maupun masyarakat di sekitar sekolah.
Kegiatan proyek yang saya terapkan kepada siswa yakni membuat suatu tema proyek yang menantang, serta saya mencoba untuk melibatkan semua siswa untuk mendesain, memecahkan masalah (problem solving), kegiatan investigasi, pengambilan keputusan oleh kelompok, serta saya memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam priode waktu tertentu yang sudah dijadwalkan dan disepakati bersama sehingga nantinya akan menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah maupun lingkungan di sekitar sekolah (masyarakat).