Mohon tunggu...
Guru Bahasa Indonesia
Guru Bahasa Indonesia Mohon Tunggu... -

Gunakan bahasa dengan baik. Bukan harus EYD, tapi yang benar. Bahasa gaul pun bisa benar.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

EGYD dan "Alay"

24 November 2010   02:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:21 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menanggapi tulisan Mas Pink yang mengangkat tren sebuah bahasa yang disebut bahasa “alay”, maka saya di sini ingin sedikit memberikan penjelasan soal ini.

Ejaan Gaul yang Disempurnakan (EGYD)--seperti yang saya sampaikan pada tulisan sebelumnya--pada dasarnya adalah usaha untuk menampung bahasa gaul menjadi sebuah aturan dalam menulis. Ejaan gaul sendiri adalah sebuah proses di mana kita ingin menuliskan bahasa ucap. Sedangkan bahasa yang sering disebut "alay" adalah sebuah kerusakan bahasa yang memang muncul di dalam bahasa tulis, bukan bersumber dari bahasa ucap.

Jadi, sebenarnya Mas Pink tidak perlu menyuruh saya untuk membendung bahasa "alay" karena pada dasarnya EGYD memang muncul untuk mencegah maraknya tulisan beraliran "alay" ini. Ejaan gaul adalah sebuah ejaan yang tidak bisa kita hindari, untuk itu kita harus mempunyai sebuah standar yang mengatur pemakaian bahasa ini.

Seperti yang pernah saya tulis bahwa media yang paling peduli dengan bahasa adalah harian Kompas. Dari harian Kompas, kita bisa tahu bahwa ejaan gaul tidak bisa kita hindari. Makanya di Kompas pun pasti ada aturan mengenai ejaan ini, entah itu tertulis atau tidak.

Sebagai contoh, kita gunakan kata: “memang”. Adakalanya di Kompas pada rubrik tertentu, kata ini ditulis “emang”. Terkadang pemakaian ejaan gaul ini dicetak miring. Namun, sangat mungkin kita temui lain waktu kata “emang” tidak dicetak miring. Ini menggambarkan bahwa ejaan gaul adalah sebuah kondisi yang tidak bisa kita hindari terutama ketika menuliskan kalimat langsung.

Sedangkan pembatasan ejaan gaul oleh EGYD bisa memakai contoh pada penggunaan kata “enggak”. Di Kompas, bisa dibilang selalu menulis kata ini dengan ejaan: e-n-g-g-a-k, karena memang ini yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia) KBBI. Namun bagi saya, kata ini bisa dipersingkat menjadi: n-g-g-a-k. Kata “nggak” adalah kata yang baku di EGYD seperti halnya kata “emang”.

Dengan batasan ini, kita jadi tahu sejauh apa kita menggunakan ejaan gaul. Ketika kata “nggak” adalah baku, maka kita tidak akan menggunakan kata yang lebih singkat atau lebih gaul. Kita tahu dalam dunia “alay” kita akan menjumpai kata yang lebih singkat seperti “gak” atau bahkan cuma “ga”.

Dari contoh tersebut, sebenarnya kita bisa tahu bahwa istilah EGYD yang saya angkat sama sekali tidak bermaksud jahat pada EYD, namun justru ingin memberikan garis terluar untuk menyelamatkan pemakaian EYD.

ttd,

Guru Bahasa Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun