Wacana Pemprov DKI Jakarta membebaskan Jakarta dari praktik topeng monyet mendapat dukungan banyak pihak. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berencana menetapkan kebijakan larangan topeng monyet itu pada tahun 2014. Ia menilai permainan topeng monyet telah menyakiti fisik hewan tersebut. Jokowi menyatakan, monyet monyet tersebut akan dibeli dan ditempatkan di Taman Marga Satawa Ragunan, Jakarta Selatan.
Sebenarnya ada yg lebih diperhatikan oleh Jokowi dibanding monyet-monyet komedi tsb. yakni sifat manusia (khususnya pemimpin atau pejabat) barhati monyet yg menghuni kota jakarta.
Ada beberapa sifat monyet yang bisa dijadikan gambaran dan pelajaran dalam kehidupan ini, yaitu :
1.Monyet berwatak semau gue dan berlagak pilon
Seekor monyet jika sudah mendapatkan makanan di tangannya, ia tak peduli lagi pada monyet-monyet lain di sekitarnya.
Ini adalah gambaran bagi orang atau pejabat yang tidak memperdulikan suara rakyat yang dulu mendukungnya untuk mencapai kursi kekuasaan.
Ibarat pepatah, “lupa kacang pada kulitnya”, yang bisa diartikan : “karena sudah dapat kekuasaan, lupa pejabat akan rakyatnya”.
2.Monyet tidak bisa diam
Seekor monyet tangan dan kakinya akan senantiasa bergerak walau sekedar menggaruk-garuk kepala.
Ini adalah gambaran bagi orang atau pejabat yang suka usil, ia tak lebih dari biang kerok yang pandai memancing keributan dan menambah permasalahan baru, bicara ceplas-ceplos tak tentu arah. Pendapatnya mencla-mencle tak bisa dijadikan pegangan.
3.Monyet pandai berakting
Jika monyet berakting di sirkus semua anak kecil senang, artinya monyet hanya pantas dijadikan penghibur bagi anak-anak kecil.