Ngawur juga ini artikel, ada cukup byk fakta2 yg disembunyikan, misalnya penjualan Sampoerna ke PM. Seakan2 dikesankan by design oleh konspirasi rokok putih, padahal ya krn Putra Sampoerna pingin njual, krn nilai jual yg tinggi plus PS sudah menyadari bhw industri rokok ini adlh sunset industries di Amrik & Eropah sono, jadi pasti gak lama lagi bakal menimpa industri rokok di Indonesia.
Lalu menimpakan kesalahan kpd FCTC atau PP109 sbg biang keladi penyebab tutupnya pabrik rokok SKT padahal banyak pabrik rokok kecil-menengah yg umumnya SKT yg tidak kebagian tembakau krn diborong pabrik rokok besar. SKT ini menyerap tenaga buruh paling besar, dan dari itung2an bisnis termasuk besar biayanya. Berbeda dgn SKM yg menggunakan mesin, krn lbh cepat, lbh banyak, gak rewel, gak minta THR, gak nuntut ini-itu. Ya wajar saja kalo industri rokok akan mulai bersaing harga dgn cara tekan cost upah buruh linting dan beralih ke mesin yg jauh lbh efisien. Djarum dan GG, tinggal tunggu waktu saja, lama2 mrk juga PHK buruh SKT.
Lalu mengatakan gara2 perusahaan asing masuk, kretek terpinggirkan. Ini ngawur. Produksi rokok putih cuma 7% dari total rokok. PM malah menikmati segmen kretek di pasar RI dgn produk2nya spt 234, A-Mild, dll. Buktinya, labanya kian naik, dividen dibagi 9 trilyun, dst. GG dan Djarum pun juga sama. Ini senada dgn laporan penerimaan cukai dari DJBC per triwulan I/2014 yg mengatakan jumlah batang rokok tumbuh 14% dibanding Triwulan yg sama tahun lalu. Artinya apa? Artinya semua industri rokok saling bersaing dan rebutan pasar rokok, dan mrk kompak menentang pengendalian tembakau.
Isyu ttg kretek vs putih sama sekali gak nyambung! Itu taktik pengusaha rokok saja membangun opini perpecahan seakan2 ada pro kontra antara pengusaha kretek (lokal/cina) vs putih (asing/bule). Pret!
Itu buku2 asing yg dikutip2 sana-sini sudah terbukti pesanan pabrik rokok internasional. Wanda Hamilton itu di belakangnya industri rokok. Pada sok kiri, padahal aslinya neolib. Â Bukunya Wanda ini sering dikutip sama aktivis2 pro rokok di RI. Nentang farmasi tapi gak kritis dgn kekayaan 2 taipan Djarum di Forbes, juga gak kritis thd kepemilikan saham PM di Sampoerna yg 98%. Ini apa kalo bukan kapitalis liberal! Sok nasionalis pro tradisi, padahal impor rokok menggunung diam saja. Pret lagi!
Ini yg nulis ekonom bukan sih kok gak bisa itung2an. Bilangnya kretek kandungan lokalnya 95%, padahal jelas2 produksi tembakau dalam negeri gak bisa penuhi kebutuhan, shg setiap tahun impor tembakau dari Cina naik. Artinya apa? Itung sendiri lah. Gampang kok, produksi rokok total diperkirakan mencapai 350 milyar batang. Nah, cari berat rata2 sebatang rokok, dapet deh perkiraan brp juta ton tembakaunya. Lalu googling brp kebutuhan tembakau rata2 industri rokok per tahun.
Lalu tata niaga tembakau. Siapa yg menentukan harga tembakau? Petani? Atau pabrik? Kalo suka baca buku Marx mestinya peka bhw kondisi monopoli pabrik dmkn tidak benar. Wanda si neolib itu kepinginnya pemerintah tidak boleh campur tangan, sesuai ideologi neo liberal. Lha trus anda biarkan pabrik rokok menekan harga tembakau lokal di level petani, dan mengguyurnya dgn tembakau impor agar harga tembakau lokal tidak pernah bisa tinggi shg petani bisa menikmati keuntungan lebih?
Industri rokok adalah sunset industry. PHK buruh itu sepenuhnya keputusan manajemen pabrik yg logis. Hanya krn mrk tidak mau tampak bersalah, maka dibuatlah seakan2 ini salahnya FCTC or PP109. Terus para pejabat rame2 mendukung bhw PHK pabrik rokok ini telah sesuai aturan. Sah! Taktik pengelabuhan2 demikian sering dipraktekkan oleh industri2 yg memberi dampak kerugian kpd masyarakat spt pabrik rokok. Disamping itu, dgn PHK buruh ini, pabrik rokok membangun opini utk menekan Pemerintah spy ngerem pengendalian tembakau dan sukur2 meloloskan RUU tembakau di DPR.
Inilah taktik gabungan perusahaan2 rokok. Ada yang bagian lempar umpan, ada yg bagian nendang. Dikesankan seakan2 negara ini sedang diserang. Padahal yg kaya ya tauke2 bangsat2 itu.
Terakhir, sayang sekali penulis disini sengaja menyembunyikan fakta2 yg bagi pembaca awam akan dgn mudah sekali berpihak dan bersimpati kpd buruh. Inilah contoh penulis bayaran lasykar rokok yang minta upah dari pabrik rokok. FYI, konsumen rokok di RI 56% adalah orang miskin. Think!