Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Komitmen dan Kejujuran Dimulai dari Diri Sendiri untuk Menyelamatkan Bumi

2 Oktober 2023   21:27 Diperbarui: 2 Oktober 2023   21:29 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Danau Toba dari Muara  (  Dokumen pribadi )

Guru besar Universitas  Padjajaran Bandung almarhum  Otto Sumarwoto  menulis buku bahwa menyelamatkan lingkungan harus  mengatur diri sendiri.  Dengan kata lain, setiap  manusia di kolong langit ini harus mengelola dirinya agar kontribusinya  memperbaiki bumi  bukan merusak bumi.  Perilaku setiap invidu  secara kolektif  menentukan  nasib bumi.

Kontribusi setiap individu dalam  memperbaiki lingkungan  dapat digambarkan  dalam sebuah  cerita menarik yaitu   seorang raja yang sangat baik kepada rakyatnya. Raja itu  sangat mengayomi rakyatnya dan  selalu memikirkan rakyatnya.  Di wilayah kerajaan itu  rakyatnya   meghasilkan madu.  Raja setiap saat memikirkan agar   produksi madu terus meningkat dengan berbagai kebijakan.

Suatu hari raja  memanggil  pimpinan serdadunya untuk mengumpulkan  madu sebanyak  20 drum. Dalam istilah keseharian  disebut juga 20  tong.   Komandan serdadu itu memanggil  anak buahnya.  Mereka  rapat untuk memutuskan  berapa banyak dari   setiap keluarga  madu  yang akan dikumpulkan  agar terkumpul 2 drum.

Seorang  serdadu  mengusulkan, agar madu  yang diinginkan raja  tidak perlu dikumpulkan dari seluruh rakyat tetapi  cukup 2 atau tiga pengusaha madu langsung beres. Madu sebanyak itu gampang dikumpulkan jika melibatkan pengusaha.  Mereka menginventarisasi  pengusaha  madu yang bersedia  menyumbang madu 20 drum.

Dalam rapat itu, komandan serdadu mengatakan bahwa raja ingin  madu berasal dari setiap rakyat, tidak dari pengusaha. Lalu, mereka menghitung jumlah rakyat   dan  diputuskanlah bahwa setiap keluarga  diminta 2 sendok madu.

Lalu, semua serdadu bergerak mengumpulkan madu  sebanyak 2 sendok setiap keluarga.  Keluarga pertama yang dijumpai berpikir  bahwa  madu yang terkumpul 20 drum maka jika dikasih satu sendok madu dan satu sendok air putih tidak  kelihatan atau tidak pengaruh nyata.  Keluarga kedua merupakan keluarga yang saleh,  dikasihnya 2 sendok madu yang sangat bagus. Keluarga ketiga  memberikan 2 sendok air putih karena  berpikir tidak ketahuan kalua hanya 2 sendok air putih saja.  Keluarga keempat, kelima dan seterusnya juga berpikir sama yaitu kalau  hanya kumpulkan 2 sendok air putih tidak pengaruh nyata jika dimasukkan ke 20 drum madu.

Semua petugas pengumpul madu sudah  mengumpulkan 20  drum dan ternyata 90 % terkumpul air dan hanya 10 persen madu.

Melihata kenyataan itu,  raja kecewa.  Raja memanggil  komandan serdadu dan langsung komandan serdadu itu   meminta maaf.  Saya salah paduka yang mulia, kesalahan ini adalah kesalahan kolektif para serdadu yang bertugas. Raja tertunduk lesu dan  kelihatan  kecewa.

Apa kaitan cerita ini dengan penyelamatan lingkungan?  Maksud saya adalah  kiranya kita berkontribusi  menyelamatkan lingkungan  bukan mengeksploitasi lingkungan. Jika  kita   memiliki komitmen  tidak membuang sampah sembarangan, kreatif dalam  mengelola sampah, komitmen hemat dalam penggunaan air, energi dan memilih pakaian yang ramah lingkungan, dan seluruh aktivitas keseharian kita mempertimbangkan  penyelamatan lingkungan niscaya lingkungan akan terjaga dengan baik. Mahatma Gandi mengatakan bahwa bumi cukup untuk manusia tertapi tidak cukup bagi orang tamak.

Dari kisah raja yang rakyatnya penghasil madu itu muncul pertanyaan, mengapa petugas  serdadu tidak  cermat melihat kesalahan   tiap rakyat itu?  Dalam konteks itulah pemerintah sebagai pengayom rakyat harus mengendalikan perilaku setiap rakyat yang tamak terhadap kerusakan lingkungan.  Terlalu mudah  bumi yang kecil ini untuk dirusak. Dan, terlalu rumit untuk memelihara bumi Ketika dihuni  manusia yang tamak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun