Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perubahan Jokowi dalam Menangani Pedagang di Solo dan Rempang

23 September 2023   05:22 Diperbarui: 23 September 2023   05:27 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : koran-jakarta.com

              Jokowi dikenal masyarakat  Indonesia  secara luas berawal dari  cerita  ketika  menjadi Walikota Solo.  Ketika Walikota Solo Jokowi   berhasil memindahkan  pedagang kaki lima ke tempat yang telah disediakan   secara humanis.  Pedagang kaki lima di Solo berpindah berdagang dari kesadaran sendiri.  Cara humanis  yang berhasil   dilakukan Jokowi di Solo memukau masyarakat Indonesia.  Cerita pemindahan   pedagang kaki lima itulah membuat  para petinggi partai di negeri ini mengajaknya untuk menjadi  calon Gubernur Jakarta hingga terpilih.

              Ketika pencalonan Gubernur Jakarta ada cerita yang tidak dapat dilupakan orang yaitu baju kotak-kotak.  Baju kotak kotak itu tidak hanya dipakai pendukungnya di Jakarta tetapi masyarakat yang kagum dengannya karena keberhasilannya  memindahkan pedagang kaki lima  ke lokasi yang disediakan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.  Pemindahan  pedagang kaki lima di  Solo  dilakukan secara matang, akurat dan terukur.  Hampir semua pedagang kaki lima terdata untuk pindah ke tempat yang baru.

              Peristiwa pencalonan Jokowi  menjadi Gubernur Jakarta  dengan ciri khas baju kotak kotaknya secara nyata mendapat dukungan dari media   nasional seperti Media Indonesia, Metro TV dan lainya. Media raksasa hingga media "abal-abal"  pun memberikan dukungan secara terbuka  ketika itu.  Potret kandidat yang  menonjolkan ketampanan,  menjaga penampilan,  mengatur cara bicara, intonasi suara dan lainya sirna.  Ketika itu politik kita berada pada politik substantif.

              Tidak lama kemudian masyarakat mulai kritis ke Jokowi  karena tidak lama kemudian  Jokowi Calon Presiden (Capres). Jokowi dikritisi karena tugasnya menjadi Gubernur belum diselesaikan.  Tokoh utama yang mencalonkan  Jokowi menjadi Presiden di  tahun 2014 adalah Surya Paloh dan Megawati Sukarno Putri.  Surya Paloh dengan kekuatan media yang dimilikinya seperti Metro TV dan Media Indonesia  secara terbuka memberikan dukungan kepada Jokowi.  Media Indonesia dan Metro TV  milik Surya Paloh  menunjukkan keberpihakannya dengan tujuan waktunya Indonesia memiliki Presiden yang sederhana dan jujur.

              Kesederhanaan dan cerita pemindahan   pedagang kaki lima menjadi isu yang membuat para aktivis dan dari berbagai komponen bangsa sangat fanatik  kepadanya. Politik yang dulunya dikenal bergerak karena "gizi" berubah menjadi politik kontributif.  Masyarakat luas memberikan kontribusinya agar Indonesia memiliki Presiden yang sederhana, pro rakyat dan  jujur.  Strategi kampanye Jokowi dikenal dengan blusukan.

              Cerita pemindahan  pedagang kaki lima, baju kotak-kotak sebagai lambang kesederhanaan,  strategi kampanye blusukan merupakan  kekuatan yang  Ajaib untuk  mendapat dukungan kepada Jokowi ketika itu.  Ketika itu  harapannya adalah Indonesia tidak ada lagi penyesaian  masalah dengan kekerasan dari militer, pejabat tidak lagi menunjukkan kemewahan, pejabat tidak lagi menunjukkan  penampilan yang mewah karena Jokowi naik kendaraan yang harganya sederhana  ketika menjadi Gubernur.  Betapa hebatnya  Indonesia di tangan Jokowi, demikian harapan masyarakat.

              Ketika Jokowi menjadi Presiden  cerita anaknya jualan martabak  karena tidak mau mengikuti  bisnis proyek raksasa.  Cerita  anak Jokowi menjual martabak  ikut menambah kekaguman  masyarakat kepadanya.  Masyarakat mulai pudar secara perlahan ketika  anak Jokowi menjadi Walikota Solo dan menantunya menjadi Walikota  Medan.  Kini Jokowi menjadi cerita  bagian dari politik Oligarki yang menurut pakar politik  dari Ohio University Jeffrey  A Winters dan  sosiolog  lulusan Cornell University George Junus Aditjondro  tidak baik  bagi perkembangan demokrasi.  

              Kini cerita yang mengagumkan itu mulai  tergerus  ketika masyarakat adat tergusur karena  investor.  Hampir semua  Proyek Strategis Nasional (PSN)  seperti destinasi wisata super prioritas  bermasalah. Masalah utamanya adalah  hak-hak masyarakat lokal seperti di Sigapiton,  Motung di Kawasan Danau Toba tidak dihormati.  Kaum ibu di Sigapiton melakukan perlawanan yang sangat memilukan.  Solusi pemindahan pedagang kaki lima di Solo tidak ada sama sekali.  Masyarakat yang ratusan tahun tinggal digusur dengan kekuasaan yang ada padanya.  Demikian juga penambangan  di Dairi, pendekatan  sangat refresif hingga masyarakat Dairi menang dalam keputusan pengadilan.

              Hal yang sangat memilukan akhir-akhir ini adalah  masyarakat Rempang  yang memiliki 16 perkampungan  digusur dengan tawaran ganti rugi dibangun rumah  tipe 45 di atas tanah   500 meter persegi.  Bagaimana kehidupan masyarakat adat Melayu yang sudah tinggal ratusan tahun  dipindahkan begitu saja taka da dalam perencanaan.  Bagaimana  keberlanjutan kehidupan mereka?  Mungkinkah masyarakat Rempang yang selama ini nelayan  dapat bertahan hidup ketika dipindahkan  di tempat yang baru?  Mengapa  Rempang tidak dibangun dengan  investasi yang cocok dengan masyarakat lokal?

              Dalam konsep Pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)   maka pembangunan harus adaptif terhadap  keberlanjutan ekosistem yang didalamnya ada manusia sebagai makhluk sosial.  Lingkungan biotik dan abiotik dan sosial  harus dipadu agar lingkungan Lestari.  Cara cara  penanaman  investati di Rempang mengabaikan konsep Pembangunan berkelanjutan.  Rencana Pembangunan eco city di Rempang tidak diawali dengan naskah yang kajiannya cermat dan mendalam agar ekosistem  Rempang terjaga dengan baik. Istilah eco city  merupakan kontradiksi dengan fakta yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun