Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pergumulan Guru dari Kawasan Danau Toba di Masa Pandemi

16 Agustus 2021   18:18 Diperbarui: 16 Agustus 2021   18:23 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya berulangkali mengutip  pernyataan  Prof. Yohanes Surya yang mengatakan  bahwa," tidak  ada anak yang bodoh,  tetapi yang ada adalah  anak-anak yang  belum menemukan guru yang  tepat".  Prinsip bahwa tidak ada anak yang bodoh,    maka kami  selalu konsisten melakukan  pembaruan   (up grade)  kompetensi  guru.   

Ketika saya menulis di  beranda medsosku, ibu guru  Rumiati Sihotang dari Samosir   menghubungi saya untuk mengaminkan status medsosku yang sebenarnya  kutipan itu. Tulisan ini akan merangkum pergumulan beberapa guru dari kawasan Danau Toba selama pandemi.  

Dalam konteks pandemi  umumnya guru kesulitan  mengendalikan  siswa.    Kesulitan itu dialamai guru karena  metode daring.   Dengan sistem atau metode  daring  guru kesulitan mengetahui sejauh mana pemahaman  setiap siswa terhadap  esensi  pelajaran yang diberikan.  Kesulitan itu diperparah   ketika orang tua siswa tidak mendukung. 

Orang tua tidak mendukung dalam hal pengawasan dan fasilitas di rumah.  Cukup banyak persentase  siswa yang tidak memiliki laptop.  Siswa yang tidak memiliki laptop biasanya  menggunakan  handphon  android.  

Kadang, kalau keluarga di kawasan Danau Toba   ada anaknya 4 orang atau lebih di SD, SMP dan SMA tentu kesulitan.  Selain kesulitan  laptop dan handphone, siswa juga kesulitan membeli pulsa.

Orang tua tidak hanya  kurang  memperhatian anaknya, ada juga orang tua membawa handphone ke ladang, ke onan  atau ke pesta.  Kalau handphone dibawa ke ladang, ke onan  atau ke pesta, bagaimana siswa belajar?. Bahkan ada  orang tua yang memanfaatkan anaknya untuk bekerja di ladang.  

Sejatinya,  dimasa pandemi ini orang tua menjadi kunci untuk menolong anak didik untuk belajar.  Sebab tiga hal yang  dibangun kepada setiap anak seperti kognitif, afektif dan motorik siswa  hanya orang tua yang menjadi kunci  penilaian.   Dalam konteks kognitip pun, siswa bisa saja  mengelabui guru  seolah dimengerti karena  bantuan orang lain.  

Dalam konteks inilah orang tua harus menyadari bahwa  kunci sukses pembelajaran dimasa pandemic adalah orang tua.


Cerita guru dari  Kawasan Danau Toba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun