Setiap tahun penerimaan siswa baru publik ribut soal sekolah unggulan. Pada masa Covid-19 beberapa waktu lalupun orang tua melakukan demontrasi untuk menolak zonasi dengan resiko terpapar Covid-19.Â
Orang tua ingin anaknya sekolah di sekolah unggulan agar unggul, mereka lupa anak unggul lahir dari orang tua yang unggul.
Sistem zonasi tidak masalah jika kualitas sekolah merata dan orang tua unggul. Hal yang terjadi adalah sekolah tidak dikelola secara adil dan orang tua inginnya berkompetisi agar anaknya berhasil dari sekolah yang unggul. Mengapa orang tua tidak mengahrapkan dari dirinya agar anaknya unggul?
Hampir empat bulan berlalu orangtua di hampir semua daerah meributkan sistem zonasi tetapi tidak ada tindak lanjut (follow up) kebijakan pemerintah agar tahun depan orang tua tidak ribut lagi.Â
Padahal, semua kita sadar bahwa zonasi tidak masalah jika semua sekolah unggul. Orang tua atau siswa pasti memilih sekolah yang paling dekat karena menyangkut waktu dan ongkos ke sekolah. Mereka sekolah ke tempat yang jauh demi mendapat fasilitas pendidikan yang unggul.
Jika kita jujur apa motivasi orang tua menyekolahkan anaknya yang masih setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) ke sekolah unggulan yang berasrama? Jika siswa sekolah yang di asrama yang berbeda provinsi berarti pertemuan dengan orang tua terbatas.Â
Jika orang tua di Jakarta, anak sekolah di Sumatra maka kemungkinan berjumpa hanya 2 kali setahun. Jika sekali pertemuan rata-rata 2 minggu maka dalam setahun hanya berjumpa 4 minggu atau sebulan. Selama SMP atau SMA berjumpa hanya 3 bulan. Bagaimana kualitas perjumpaan orang tua dengan anak hanya 3 bulan selama sekolah?
Menyiasati agar tidak terjadi lagi demonstrasi karena sistem zonasi di masa yang akan datang maka harus ada langkah-langkah konkrit dari pemerintah yaitu Pertama, semua guru di sekolah harus di up grade secara kontinu. Para guru di up grade oleh para guru besar Perguruan Tinggi (PT) yang memiliki konsentrasi di bidang pendidikan.
Guru juga bisa di-upgrade para praktisi pendidikan yang mumpuni dan berbagai narasumber terkait pemahaman keilmuan paling mutakhir. Pembinaan guru (up grade) secara merata akan menghasilkan kualitas guru yang merata ditambah kebijakan alat dan media pembeajaran yang memadai.Â
Kedua, orang tua harus menyiapkan alternatif seperti jalur prestasi untuk mewujudkan anaknya masuk sekolah impian anaknya. Jika pemerintah mau serius membangun pendidikan Indonesia maka kualitas guru, ketersediaan alat dan media pembelajaran tidak bisa ditawar.Â