Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lembu yang Diliarkan dan Larangan Bersumpah

1 September 2020   09:46 Diperbarui: 4 September 2020   01:20 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi lembu liar di lingkungan desa. (sumber: pixabay.com/MabelAmber)

Di masa kecil hingga remaja aku hidup di desa yang amat luas. Di desa kami ada hamparan luas yang dijadikan peternakan. Hamparan itu dikelilingi beberapa desa. Penduduk desa meliarkan lembu, kuda dan kerbau. 

Kerbau pada umumnya pulang atau dijemput pemilik setiap sore dan masuk ke kandang masing-masing. Kalau lembu dan kuda dibiarkan saja.

Lembu dan kuda berkembang biak secara berkelompok menurut pemilik masing-masing. Kadang lembu atau kuda ada yang keluar dari kelompoknya sehingga muncul perselisihan pemilik. 

Jika terjadi perselisihan, biasanya dikumpulkan para raja adat dan kalau tidak ada titik temu, mereka disumpah. Sumpah dianggap mujarab untuk menghentikan perilaku jahat. Kejahatan dalam konteks ini adalah mengakui miliknya padahal milik orang lain.

Perilaku kuda dan sapi yang diliarkan di hamparan luas itu unik. Mereka hidup berkelompok menurut pemilik masing-masing. Hidup berkelompok dan berdampingan dengan kelompok lain dan kawin-mawin. Hidup kuda dan lembu itu makan, istirahat dan tidur di malam hari. Jika waktunya kawin, iya kawin. 

Tidak ada pemerkosaan di bawah umur. Perilaku seks mereka teratur. Jika betina memberikan tanda-tanda mau kawin, jantan pun datang mendekat. Betina yang memberikan sinyal jika mau kawin. 

Jantan dan betina bercinta selama satu minggu. Setelah satu minggu betina ditemani jantan, minggu berikutnya mereka berpisah baik-baik. Beberapa bulan kemudian betina melahirkan anak tanpa dihadiri kuda dan lembu jantan yang mengawininya. Jantan tanpa tanggungjawab memang. Betina senang melahirkan anak, jantan sibuk cari sinyal baru dari betina yang lain.

Perilaku seks hewan memang cukup baik. Kawin menurut naluri alamiah, tidak ada hukum yang mengaturnya. Dalam kehidupan seks hewan tidak ada dikenal penyakit kelamin. Tidak ada pula kekerasan seksual hewan di hamparan itu.

Semua berjalan secara teratur. Jadi, jika ada yang mengatakan manusia yang berperilaku seks menyimpang seperti hewan kurang tepat. 

Hewan di hamparan itu melakukan seks sesuai kebutuhan dan berdasarkan sinyal yang diberikan betina. Betina memberikan sinyal, kemudian pejantan datang dalam waktu sekitar seminggu. Setelah itu jantan kembali normal dan betina menunggu melahirkan anaknya.

Kawin mawin lembu dan kuda yang diliarkan di hamparan itu berjalan secara terus menerus hingga jumlah kuda dan lembu bertambah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun