Mohon tunggu...
muhammad yunus
muhammad yunus Mohon Tunggu... -

pemimpin yg baik adalah yang mendidik rakyatnya menjadi cerdas bukan cerdas otak melainkan hidupnya artinya tau harkat dan martabatnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kebesaran Hati

24 Desember 2014   14:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:34 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Manusia yang Paling bahagia adalah manusia yang mensyukuri Nikmat dan Itulah salah satu bukti bahwa kebesaran Hati menjadi Pintu Utama. Muhammad yunus”

Hari ini Berkisah tentang seorang raja dengan Pengawal Pribadinya Yang mengagumi Kebesaran Hati, Keindahan senyuman dan Bersyukur akan segala apa yang telah terjadi maupun yang belum Ditakdirkan lewat Garis tangan Ketentuan.

Uling Ambo teriak sang raja memanggil pengawal Pribadinya agar bergegas Membawa Perlengkapan memananya. Sore itu dibawah Lindugan Dedauanan Alam. Raja, Uling Ambo serta Pengawal lainnya sudah Berada Dihutan. Mereka Berjalan dengan Hati-Hati, Penuh Ketelitian, Satu Dua ranting terinjak Tiga Empat Buruan Hilang Berlarian tanpa Kendali. Sapp…. Semua Terkejut, sebuah Anak Pana Mengenai Ibu jari kaki. Sang raja langsung merintis kesakitan, Memurka-Murka Kepada seseorang yang melepaskan anak pana dari semak Blukar, Hey engkau, Keluar. Tanpa perlu berteriak-teriak raja dan Para pengawal lainnya terperanga Melihat Uling Ambo Yang muncul dari Semak Blukar tersebut.

Dengan senyuman ia berjalan Lamban, melangkah demi langkah tanpa Terburu-buru. semua terponga Melihat Uling Bermuka cerah, Tidak Bersalah, menganggap Biasa Itulah yang terlintas DiHadapan Mereka. Uling Ambo Berlutut Memegang Bahu raja yang sedang tersimpul tergeletak. Lalu ia berkata Maafkan Hamba yang mulia, Bukankah engkau yang menyuruh hamba untuk Berpencar diantara Rombongan. Sang raja terperangan kembali melihat uling ambo. Anggap saja Ini telah ditakdirkan oleh yang maha kuasa untuk kebaikan yang mulia dengan bijaknya uling ambo berujur bahwa Hewan yang dibidiknya, Taap….sarung pana Yang terbuat dari kayu jati keras itu melambaikan muka Uling ambo. Dengan murkanya sang raja Menyiksa uling ambo lewat kaki tangannya (pengawal lainnya). Badannya tergeletak Lemah, Berdarah, Biru-Biru serta diseret menuju istana untuk kemudian dimasukan dalam penjara. Namun dari kejauhan uling ambo terlihat tegar, Tidak menampik, lapang dada dan pasrah terhadap apapun yang akan terjadi nanti.

Tiba-Tiba Diistina ia langsung dimasukan kedalam penjara, disiksa sebagaimana sang raja memerintah. Itulah musibah yang ditimpa sang raja dua tahun yang lalu dan kini setelah musibah yang membuat kehilngan ibu jarinya, sang raja kembali berburu. Dari hutan yang satu ke hutan yang lain sudah dilewati tetapi hewan buruan tak kunjung didapat bahkan tak terlihat seokorpun. Denga kepercayaan diri, tanpa rasa takut karna sudah lama tidak berburu sang raja Nekad membawa pengawalnya berburu terus sampai kehutan larangan. Padahal pengawalnya sudah mengingatkan. Meskipun begitu sang raja tetap mamaksa walupun hari mulai gelap.

Belum jauh melangkah Kehutan larangan Segerombolan Manusia kanibal Memergok mereka yang sedang berjalan. Tanpa Fikir panjang Manusia kanibal tersebut langsung menangkap mereka. Pisau, Bambu runcing, muka seram, jumlah yang lebih banyak dan alat tajam lainnya memaksa raja serta pengawalnya Rela ditangkap kanibal dan itulah yang terjadi kepada mereka. Kemudian dibawa kepemukiman manusia kanibal untuk dijadikan sesajian lalu disantap satu persatu yang sebelumnya tubuh mereka dimutilasi. Singkat cerita empat hari berlalu itu berarti tinggal dua orang yang tersisa dari Jumlah pemburu yang ditangkap manusia kanibal. Tepat hari kelima giliran rajalah yang akan dieksekusi. Seperti biasa sebelum ritual dan pembantai dilakukan, manusia kanibal melihat Tubuh mereka yang cacat. Itulah yang membuat sang raja dibebaskan dengan kencangnya ia berlari menuju istana. Sambil mengingat perlakuan kejinya terhadap uling ambo ia meneteskan airmata. Jika tidak karna ia maka sang raja akan dibantai dan dimutilasi dengan sadisnya karna manusia kanibal percaya bahwa memakan daging manusia cacat akan membawa kutukan kepada mereka dan kepercayaan nenek moyang inilah yang mereka takutkan. Langkah demi langkah Telah dilarikannya tibalah sang raja disekitar istana, ia tidak langsung masuk keruangannya melainkan menuju kepenjara istana padahal keluarga istana telah mencemaskannya, disana digerbang penjara terlihat uling ambo dicambuk, badannya penuh bekas dan terluka, lantas sang raja beteriak bebaskan, Ia berlari ke uling ambo dan langsung memeluknya tersipu-sipu, sang raja mintak maaf dan menceritakan semuanya. Seperti biasa walaupun disiksa, dicambuk uling ambo tetap Tersenyum dan tegar menghadapinya. Namun Naas Kata-Kata Alhamduillah yang dijawabnya adalah kata terakhir dari uling ambo, sering disiksa, dicambuk serta jarang diberikan makanan membuat uling ambo meredang nyawa terakhirnya dipangkuan sang raja. Uliiiing Ambo sambil Menghadap kelangit Ia berteriak memintak Ampun kepada sang ilahi dan memohon maaf kepada jasad uling ambo yang tak bernyawa lagi.

Semua Bersedih, meneteskan air mata, tersipu tersenda-senda Dipenghormatan terakhir Dipemakaman uling ambo yang sejajar dengan makam raja lainnya. Setelah siang tadi saat Uling ambo menghembuskan nafas terakhir sang raja langsung memerintah untuk dikuburkan setara dengan makam raja sebagai tanda terimahkasih namun apalah artinya semua itu lagi. Nafas tak berhembus, nyawa tak bernadi, Langkah tlah bertepi, amallah yang dibawa menghadap sang ilahi.

Gerimis mendung yang menyelimuti persepsi pengkuburan tersebut memberikan tanda bahwa Manusia Harus menerima semua ketentuan ilahi, Tidak boleh tidak bersyukur, Tidak memutuskan kebijakan tanpa pertimbangan, Menyikapi sifat sabar namun tidak terburu-buru, menyadari kembali kepada siapa manusia menghadap Lebih dari itu berbesar hati adalah pintu utama untuk membuka mata, Hati, pandangan serta dengan berbesar hatilah kebesaran tuhan dapat diterimah dengan akal fikiran dan hati itu sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun