Mohon tunggu...
Gunung Harjanto
Gunung Harjanto Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Semangat!!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gang Dolly di Tutup, Imajiner Dari Kacamata Keluarga Konsumen

23 Mei 2014   17:09 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:12 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1400815477182036776

Dalam pelaksanaan penutupan tempat hura-hura,pelepas syahwat ilegal dan lumbung penyebaran penyakit mematikan tersebut ternyata mendapat tantangan keras dari para pelaku dan juga mereka yang meraup untung dari bisnis perselingkuhan massal dimaksud. Selain mereka sendiri yang menolak, ternyata dedengkot salah satu parpol di wilayah tersebut dengan lantang menyuarakan dan menggerakkan massa partainya akan membela mati-matian keberadaan wilayah anti setia dalam rumah tangga itu  demi kesinambungan keberadaannya.

Mencoba meninjau imajiner dari segi keluarga yang menjadi pelanggan gang dolly.


  1. Pelanggan melakukan perselingkuhan, jika anda wanita apakah anda rela suami anda melakukan hubungan badan dengan wanita lain?
  2. Uang seharusnya untuk nafkah istri dan bahkan untuk bayar SPP malah di berikan kepada wanita lain bukan tanggung jawabnya, semalam pasti ratusan ribu melayang, berapa banyak uang yang diberikan kepada anak istrinya dalam sebulan?
  3. Penyakit aids pencabut nyawa yang mengerikan, raja singa, dan penyakit kelamin lainnya. Banyak ibu rumah tangga yang baik yang tertular karena perilaku suami nya, darimana dia mendapatkan itu? Bahkan anaknya juga terkena virus HIV, betapa menyedihkan.
  4. Hilangnya budaya indonesia yang sopan santun dan berbudi luhur, anda bayangkan bagaimana omongan di tempat prostitusi
  5. Kriminal pasti lebih tinggi di wilayah pelacuran daripada wilayah yang tidak ada pelacurannya, termasuk penggemar gang dolly memiliki kans lebih tinggi dalam melakukan perbuatan kriminal daripada mereka yang menjaga diri dari gang dolly maupun perbuatan menyewa PSK. Anda lebih suka aman dan nyaman atau berada dalam kondisi yang kriminal nya tinggi?


[caption id="attachment_325194" align="alignleft" width="150" caption="http://img.menit.tv/oktober/images/LINGKUNGAN/aids.jpg"][/caption]

Ada yang berteriak bahwa mau di apakan pelacuran dari dulu dan sampai besok juga akan tetap ada, jadi tidak usah di tutup dengan menimbang menunjukkan faktor ekonomi sosial dan hak asasi manusia dalam mencari pencaharian, pertanyaannya adalah, korupsi, maling, pungli, pembunuhan, perampokan, pemerkosaan juga sudah ada dari dulu dan akan ada sampai besok, haruskah dibiarkan juga? kenapa anda melupakan pemulung dan orang lain yg pakaiannya saja memprihatinkan? Bicara HAM, dimanakah hak azasi istri penggemar pelacur? Hak azasi mendapat kesetiaan, dijauhkan dari penyakit mematikan, hak azasi perlakuan suami yang baik?

Begitulah, dari kasus usaha penutupan sarang HIV, perusak keluarga, ekonomi masyarakat dan peningkatan kriminalitas ini bisa di ambil pelajaran hidup, bisa juga sebagai pertimbangan dalam menentukan wakil rakyat dan juga partainya. Kalo sekarang tidak telat, bisa dalam pilihan presiden ataupun dalam pemilu 5 tahun mendatang. SEMOGA AIDS DAN HIV HILANG DARI INDONESIA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun