Mohon tunggu...
Guntur Suyasa
Guntur Suyasa Mohon Tunggu... -

Saya pencinta tanaman, sejarah, filsafat,olahraga dan komik. Profesi saya pemandu wisata untuk wisatawan Prancis. Lahir di Bali, dan pernah tinggal lama di Yogyakarta. Suka menulis terutama saat musim "low season" pariwisata. Berlatih Yoga dan Chi Kung untuk kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sufi Story: si Pandir.. (Cerita Spiritual)

12 Januari 2011   14:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:40 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Si Pandir di Kota Besar

Ada berbagai macam keterjagaan, namun hanya satu  yang benar. Manusia tertidur tapi ia harus terjaga (dari kantuknya),  ia harus bangun dengan cara yang baik. Berikut ini sebuah cerita tentang seorang pandir yang keterjagaannya tidak patut.

Suatu hari, seorang pandir yang naik kereta karavan tiba di sebuah kota besar dan terjebak dalam keramaian jalanan. Karena merasa takut, ia memutuskan untuk tidur, tidak mau lagi mendapati dirinya berada di antara kehirukpikukan semacam itu yang membuatnya merasa tertekan. Sebelum tidur ia mengikatkan sebuah pita di kakinya sebagai tanda pengenal.

Seorang lelaki nakal iseng yang memahami maksud dari apa yang dilakukan si pandir, menunggu hingga ia tertidur untuk kemudian melepaskan pita itu dan mengikatkannya di kakinya sendiri. Kemudian si jahil sendiri lalu tidur di lantai karavan yang sama.

Si pandir bangun terlebih dahulu, melihat pita itu, lalu berpikir, "Mungkin orang itu adalah aku",  lalu ia menghambur ke arahnya sambil berteriak , " Jika kamu adalah aku, lalu aku ini siapa?

==

catatan; jaman dahulu; di negeri si empunya cerita, kereta karavan disewa orang-orang yang mungkin tidak saling mengenal untuk bepergian ke tempat jauh, seperti bis antar pulau/provinsi jaman sekarang.

disadur G. Suyasa dari buku  Tales of the Dervishes 1st editon

Idries Shah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun