Mohon tunggu...
guntursamra
guntursamra Mohon Tunggu... Buruh - Abdi Masyarakat

Lahir di Bulukumba Sulawesi Selatan. Isteri : Samra. Anak : Fuad, Afifah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kita

19 Oktober 2020   12:28 Diperbarui: 19 Oktober 2020   12:32 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : kumparan.com

Kita adalah kepulangan yang tertunda. Disementarakan pada ruang serta waktu untuk melihatmu mampu. Tentang kebisaan menerima dan melewati cobaan. Tentang langkahmu kemana tatkala ujian itu menghampiri dan menerpamu.

Kita adalah pelengkap dari puzzel yang belum utuh. Dengan peran yang telah digariskan, kemudian menjadi bagian untuk menyempurnakan gambar-gambar hidup yang telah ditentukan.

Kita adalah debu yang dilahirkan tanah. Dibentuk sopan dan dibesarkan santun. Kedamaian adalah seharusnya kita, yang suatu saat nanti yang entah kapan, akan bertemu dengan Sang Maha Damai.

Kita adalah dedaunan yang dihidupkan musim. Makan dan minum dari akar-akar pohon, yang menjalar di setiap sela dan celah tanah. Sebab kita adalah tanah, yang akan kembali menjadi tanah.

Kita adalah air, yang semestinya mengalir tenang dari hulu ke hilir. Diombang-ambingkan kehidupan demi pencarian sesuatu yang masih dirahasiakan, yang pada saatnya nanti akan dibukakan jawabannya.

Kita adalah dariNya yang akan kembali padaNya.

Sinjai, 19 Oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun