Ada rasa perih mengiris sepotong nuraniku, tatkala dompet lusuhku semakin mengerut dan tak mampu menyelesaikan persoalan bumbu dapurmu. Meskipun matamu adalah tatapan ketegaran, namun aku tahu, banyak lara yang kau rahasiakan di situ.
Kau lalu menatapku malam tadi. Tatapan yang masih sama, kala pertama kita jumpa. Tatapan yang seakan meyakinkanku tentang cinta, tentang sayang, tentang rindumu yang tak pernah berubah. Namun, rasa bersalah tetap saja mengoyak rasaku.Â
Tulang rusukku...
Ketahuilah, bahwa kekuranganku telah mengajariku, soal bagaimana menghargaimu. Walaupun kau dan aku tahu, semua itu tidaklah cukup menutupi keinginanmu. Tapi sampai hari ini aku tetap yakin, bahwa suatu saat nanti semua pasti akan berlalu.
Sinjai, 22 September 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H