Mohon tunggu...
guntursamra
guntursamra Mohon Tunggu... Buruh - Abdi Masyarakat

Lahir di Bulukumba Sulawesi Selatan. Isteri : Samra. Anak : Fuad, Afifah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Menyebutnya Malam

15 September 2020   00:42 Diperbarui: 15 September 2020   00:53 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : idntimes.com

Aku menyebutnya malam. Saat matahari tak lagi mampu merawat senja. Lalu keningmu dipenuhi kegelapan, satu-satunya cahaya tanpa warna.

Tak perlu kita berdebat mengapa ada cahaya tanpa warna. Bukankah hening tak selamanya diam. Seperti aku, gemuruh tapi sepi.

Siang dan malam sama-sama terang, sama-sama gelap. Ia hanyalah pergantian, sebuah keharusan yang tak bisa terbantahkan. Tempatnya manusia mempelajari diri, bahwa tak ada yang kekal dan abadi.

Lalu, mengapa ada terang dan gelap diciptakan, tanyamu. 

Sebenarnya ia terang sekaligus gelap. Itulah keterbatasan. Bukti ketidaksempurnaan dan kekurangan. 

Aku menyebutnya malam. Kala cahaya terang berubah menjadi cahaya gelap.

Sinjai, 15 September 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun